Find Us On Social Media :

Mengunjungi Kapal Tempur Mikasa yang Meriamnya Pernah Berkumandang di Seluruh Asia

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 3 November 2018 | 12:30 WIB

Intisari-Online.com – Dentuman meriamnya pernah berkumandang di seluruh Asia. Simak tulisan Nugroho Notosusanto, Mengunjungi Kapal Tempur Mikasa berikut ini yang pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Februari 1976.

Kiranya dua tokoh utama Angkatan Laut dalam sejarah Jepang adalah Laksamana Heihachiro Togo, pahlawan Perang Jepang Rusia (1904 - 1905) dan Laksamana Isoroku Yamamoto, pahlawan Perang Dunia II.

Tetapi, jika Laksamana Togo membawa kemenangan bagi bangsanya dan memperoleh respek sebagian besar negara di Dunia, khususnya di Asia, maka Laksamana Yamamoto gugur dalam suatu perang agresif yang tenggelam dalam suatu kekalahan total dan dikutuk oleh sebagian besar Dunia, terutama negara-negara Asia.

Laksamana Togo adalah tokoh yang dikenal oleh generasi 20-an di Indonesia yang mengalami Perang Jepang-Rusia itu, suatu generasi yang dibesarkan dalam derap-langkah Pergerakan Nasional, yang merasa memperoleh inspirasi dari kemenangan yahg dicapai oleh Jepang sebagai sesama bangsa Asia melawan salah satu raksasa di Dunia Barat, yakni Rusia (yang waktu itu masih di bawah pemerintahari Tsar).

Baca Juga : Cerita Heroik Bapak TNI AU yang ketika Masih Jadi Tentara Belanda Pernah Menenggelamkan Kapal Perang Jepang

Berkata salah seorang pemimpin Indonesia: "Dentuman-dentuman meriam kapal Mikasa di Selat Tsusyima berkumandang di seluruh Asia!"

Dalam kesempatan singgah di Tokyo dalam bulan September yang lalu, saya berhasil melaksanakan hasrat sejak lama, yakni mengunjungi kapal tempur Mikasa, kapal bendera Laksamana Togo yang pernah berlayar dari kemenangan ke kemenangan pada awal abad kita lebih dari tujuh puluh tahun yang lalu, suatu kapal yang pernah memenuhi fantasi saya semasa kecil.

Kapal itu sejak tahun 1926 telah di-"awet"kan sebagai museum atau memorial ship di kota pelabuhan Yokosuka, dekat muara Teluk Tokyo. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, kapal itu dilucuti oleh tentara pendudukan Amerika Serikat, dan baru pada tahun 1961 selesai dipugar kembali.

Setelah perjalanan 2 jam naik mobil dari Tokyo dengan diantar oleh Kolonel Agus Subroto, Ketua Atase Pertahanan kita serta Ny. Shiraishi dari Universitas Tokyo yang bertindak sebagai penghubung dan jurubahasa, tibalah saya ke depan kapal museum yang mashur itu.

Baca Juga : John F. Kennedy, Pahlawan Perang yang Nyaris Tewas di Lautan Setelah Dihantam Kapal Perang Jepang

Sebentar ada rasa terkejut dalam hati saya menatap kapal tempur tua yang membujur di tepi teluk itu. Saya terlalu terbiasa melihat kapal tempur jaman Perang Dunia II. Alangkah kecilnya kapal tempur jaman sebelum Perang Dunia pertama, pikir saya.

Dalam angan-angan masa kecil saya, kapal itu tergambar sebagai kapal yang besar dan megah dengan bangun atas yang masif, ternyata nampak begitu rapuh dan kurus!

Namun bersamaan dengan itu ada suatu keharuan menyelinap ke dalam kalbu ketika pandangan saya menangkap patung LaksamanaTogo di pelataran di depan kapal. Dengan tegak dan memegang pedang dengan tangan kiri dan memegang teropong dengan tangan kanan, Laksamana Togo berdiri pada pedestal seolah-olah memandang kepada kapal-benderanya.