Hikikomori, saat Jutaan Penduduk Jepang Mengunci Diri di Kamar Berhari-hari untuk Berinternet dan Membaca Manga

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Hampir 1 juta penduduk Jepang mengunci diri di kamar bertahun-tahun untuk berselancar internet dan membaca manga.

Intisari-Online.com - Di tengah kondisi Jepang yang terlibat serba canggih, ternyata ada sekelompok manusianya yang memilih untuk mengurung diri di dalam kamar.

Kondisi aneh ini disebutHikikomori.

Ini adalah kondisi di mana hampir 1 juta penduduk Jepang mengunci diri di kamar bertahun-tahun untuk berselancar internet dan membaca manga.

Penderita Hikikomori sebagian besar adalah pemuda.

Baca Juga : Perempuan Jepang Lebih Suka Pria Indonesia, Ini 10 Fakta Wanita Jepang

Mereka seolah mengisolasi diri dari kehidupan sosial.

Tidak hanya satu atau dua hari, atau satu minggu, tapi hingga bertahun-tahun.

Salah seorang pakar hikikomori di Jepang, Dr Takahiro Kato, juga pernah mengalami kondisi serupa saat dirinya masih mahasiswa.

Tapi akhirnya ia berubah dan memilih bekerja untuk mencegah dari meluasnya pengaruh sindrom ini pada generasi setelahnya.

Dr Kato mengatakan, mereka yang terkena sindrom ini rata-rata cerdas dan berasal dari keluarga mampu.

“Bahkan beberapa hikikomori telah merampungkan studi di universitas-universitas terkenal dengan kualitas yang sanga baik,” katanya.

Yuto Onishi dari Tokyo adalah salah satu orang yang pernah mengidap sindrom hikikomori.

Baca Juga : Berpikir Diri Sudah Mati, Bisa Jadi Anda Mengidap Masalah Kejiwaan Bernama Sindrom Cotard

Setelah menjalani terapi selama 6 enam bulan, ia akhirnya sembuh dan sudah terbiasa “keluar dari kamarnya lagi”.

“Saya menduga ini, ini dipicu oleh insiden di SMP ketika saya gagal sebagai pemimpin kelas,” katanya.

Departemen Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejateraan Jepang mendefinisikan hikikomori sebagai orang yang tidak berpartisipasi dalam masyarakat—terutama bekerja atau belajar.

Baca Juga : Aneh, Satu Tempat Ini Tidak Pernah Lagi Dipetakan oleh Google Earth AS Selama 8 Tahun, Ada Apa Gerangan?

Mereka juga tidak memiliki hubungan non-keluarga dekat.

Kato yakin, lingkungan sangat berkontribusi terhadap merebaknya sindrom ini.

“Sangat jarang menemukan kasus serupa di keluarga miskin, rata-rata adalah kelas menengah ke atas," ujarnya.

Baca Juga : Tidak Bisa Berjalan dan Sekolah, Ini yang Dilakukan Tiga Bersaudara di China Agar Tetap Bersemangat

"Jepang sangat berbeda dengan Barat soal hubungan orangtua dan anak. Orangtua di Jepang overprotektif terhadap anak-anak mereka dan ini membuat anak-anak sulit menjadi mandiri."

Artikel Terkait