Find Us On Social Media :

Dibangun Tanpa Semen, Rumah Dr. Radjiman Ini Mampu Berdiri Kokoh Selama 140 Tahun, Seperti Apa Penampakannya?

By Masrurroh Ummu Kulsum, Jumat, 28 September 2018 | 16:30 WIB

Intisari-Online.com – Mungkin kita tak asing dengan nama Dr. Radjiman Wedyodiningrat, nama salah satu pendiri bangsa.

Ya, tahun 2013 lalu Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Radjiman Wediodiningrat ditetapkan sebalah pahlawan nasional atas jasanya untuk bangsa.

Radjiman adalah salah satu pendiri Boedi Uotomo dan menjabat sebagai ketua di tahun 1914-1915.

Ia juga adalah ketua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUKI) yang berdiri pada 28 Mei 1945.

Baca Juga : Mewahnya Melebihi Istana Inggris, Rumah Termahal di Dunia ini Ternyata Sempat Dihujat Penduduk Mumbai

Pada sidang pertama BPUPKI, 29 Mei 1945, Radjiman mengajukan pertanyaan kepada peserta sidang, “Apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka?”

Pertanyaan yang kemudian dijawab oleh Soekarno sebagai Pancasila.

Jawaban Soekarno tersebut kemudian ditulis oleh Radjiman dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama tahun 1948, di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi.

Di tempat itu jugalah, di rumah yang saat ini masih berdiri kokoh, Radjiman menghembuskan nafas terakhirnya pada 20 September 1952.

Lahir di Mlati, Yogyakarta, 21 April 1879, Radjiman memilih Boelak Nglaran, daerah Walikukun, Kabupaten Ngawi, sebagai tempatnya menghabiskan masa tua.

Awalnya, ia tak tinggal di rumahnya itu, melainkan di Tretes, Jawa Timur. Tetapi karena iklim di Tretes kurang cocok untuk penyakit rematinya, Radjiman memilih pindah.

Sampailah Radjiman di Dukuh Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi, dimana itu merupakan daerah persawahan yang luas.

Hutan jati juga ada di sebelah timur dan baratnya, ditengah-tengahnya, rel kereta api Solo-Surabaya membentang di sana.