Find Us On Social Media :

Lenin, Membuat Sejarah 'Berdarah' Berulang Terus di Rusia

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 11 September 2018 | 16:15 WIB

Untungnya berkat bantuan Presiden Republik Rusia, Boris Yeltsin, Gorbachev bisa kembali menduduki kursinya sebagai pemimpin tertinggi Uni Soviet.

Langkah selanjutnya yang dilakukannya, cukup berani: mengundurkan diri dari jabatan Sekretaris Jenderal PKUS, membubarkan PKUS, dan membiarkan sekian banyak republik yang tergabung dalam Republik Sosialis Uni Soviet, memerdekakan diri.

Berita terakhir, semua republik telah membebaskan diri.

Baca juga: Cucu Konglomerat Rusia Habiskan Rp40 Triliun untuk Pernikahannya, Hanya Agar Mantannya Kembali Padanya

Delapan memproklamirkannya pada tahun lalu, dan sisanya pada bulan Agustus yang lalu. Yang terakhir: Azerbaijan, pada tanggal 30 Agustus 1991.

Banyak orang yang meragukan kecerahan masa depan USSR ini.

Pasalnya, usaha Gorbachev memperbaiki kondisi negaranya lewat program perestroika (gerakan penstrukturan kembali dalam bidang ekonomi) dan glasnost (keterbukaan dalam bidang politik), kelihatan bakal menemui halangan yang cukup sulit.

Bayangkan, usaha itu ditujukan untuk negara yang bersatu padu. Sekarang manakah yang bisa disebut Republik Sosialis Uni Soviet?

Baca juga: Berniat Beli Sistem Rudal S-400 dari Rusia, Turki Bakal Langgar UU 'Penangkal Musuh AS'

Sementara itu, bagaimana urusan ekonominya? Soalnya selama ini setiap republik saling bergantung. Yang satu menghasilkan bahan mentah, yang lain membuat produknya.

Yang satu melulu mengurusi pertanian, yang lain industri. Selama ini, aturan tukar menukar itu diatur dari pusat. Kalau sekarang saling berpisah, siapa yang harus mengatur?

Lalu belum urusan senjata yang tersebar di seluruh tanah Rusia. Siapa yang berhak  mengendalikannya sekarang ini?

Tentu ini jadi bahan pemikiran yang cukup berat bagi pemimpin Soviet. Dan untuk itu, tindakan yang tepat dan cepat harus dilakukan. Kalau tidak... Entahlah. (reda)

Baca juga: Rayakan Hari Kemerdekaan, Ukraina Pamerkan Parade Militer Besar-besaran dan Siap Bertempur Lawan Rusia