Kapal Jepang yang Penumpangnya Tewas oleh Sekutu Itu Akhirnya Menjadi 'Kapal Hantu'

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Kapal logistk Jepang ketika sedang menurunkan bahan-bahan makanan diserang oleh tentara Sekutu. Banyak penumpangnya yang tewas.

Intisari-Online.com – Ketika itu bulan Juni 1942, sekitar pukui 07.30 WIT di Teluk Kao, tepatnya di pantai Desa Malifut, Pulau Halmahera, Maluku Utara, kapal perang logistik Jepang Asahi Maru sedang menurunkan bahan-bahan makanan.

Kapal ini selain membawa perbekalan untuk tentara Jepang, kala itu juga di atasnya terdapat banyak pnumpang yang sebagian besar wanita yang diangkut dari berbagai daerah di Indonesia untuk dipekerjakan di perkebunan dan ada juga yang dijadikan wanita penghibur.

Tatkala para tentara Heiho sedang sibuk bekerja menurunkan penumpang dan barang, tiba-tiba di atas udara dari arah timur meraung-raung sebuah pesawat tempur.

Para tentara Jepang dan semua yang ada di tepi pantai bersorak gembira, karena disangkanya pesawat tersebut kepunyaan Jepang.

Baca juga: Melihat Gua Jepang di Biak yang Sisa-sisa Tulang Tentara Jepang Masih Ada

Mereka heramai-ramai berseru, "Nippon hikoki ... Nippon hikoki!"

Begitu mendekat - pesawat ini dengan sekali menukik melepaskan sebuah bom di bagian buritan kapai.

Seketika itu asap hitam tebal menyelimuti Asahi Maru, diikuti dengan amukan api yang menjalar ke seluruh badan kapal.

Mereka yang masih berada di atas kapal tewas bergelimpangan. Ternyata pesawat tempur ini kepunyaan Sekutu.

Baca juga: Ketika Jepang Sudah Angkat Kaki, Belanda Ingin Kuasai Indonesia Lagi, Tapi Mereka Salah!

(Seperti dituturkan oleh Muhammad Timula (84), seorang bekas tentara Heiho yang masih hidup di Malifut).

Beberapa tahun kemudian, setelah kemerdekaan Indonesia, muncullah cerita-cerita aneh dan menyeramkan dari penduduk Desa Malifut tenfang Asahi Maru.

Orang-orang tua di Malifut mengatakan, kalau selepas magrib mereka mulai melihat ada cahaya-cahaya lampu-di atas kapal dan terdengar pula suara-suara ribut orang.

Sering juga terdengar bunyi peluit seperti kapal yang akan berangkat. Seorang ibu pernah jatuh pingsan gara-gara di suatu siang ketika sedang menjemur ikan di pantai, ia tiba-tiba mendengar bunyi peluit dari arah kapal laut ini.

Kini, keseraman kapal itu bertambah lagi dengan tumbuhnya beberapa pohon beringin di atasnya. Penduduk setempat menamainya "kapal hantu." (Nizar Assagaf – Intisari Agustus 1992)

Baca juga:Hiroo Onoda, Tentara Jepang yang 29 Tahun Bergerilya di Hutan Seorang Diri karena Menolak Menyerah pada Sekutu

Artikel Terkait