Find Us On Social Media :

'Naik Kelas', Beginilah Nasib Mujur Gerabah Bayat Indonesia yang Berhasil Raih Penghargaan UNESCO

By Tatik Ariyani, Jumat, 9 Maret 2018 | 09:00 WIB

Intisari-Online.com - Gerabah adalah kerajinan yang populer di kawasan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Di tanah kelahirannya itu, tak heran jika Sidik Purnomo tumbuh menjadi pemuda yang gemar dengan seni mengolah tanah liat.

Kegemaran itu pula yang telah mengantarkan Sidik memenangi Kompetisi Pemuda Kreatif (Youth Creative Competition) yang digelar oleh UNESCO dan Citi Foundation di Yogyakarta belum lama ini.

Pemuda kelahiran 9 Juni 1994 itu mulai belajar serius tentang gerabah sejak duduk di bangku SMK Negeri 1 Rota, Bayat, Jurusan Kriya Keramik. Kemudian dia melanjutkan pendidikan di jurusan yang sama di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta hingga sekarang.

(Baca juga: )

Ilmunya tentang gerabah juga diperoleh ketika berkesempatan magang di Jepang pada tahun 2013-2014. Dari negeri sakura itu, Sidik belajar bagaimana menghargai gerabah menjadi karya seni tinggi.

Bagi Sidik, gerabah memang tidak sekadar bisa dibuat peralatan rumah tangga maupun cenderamata, seperti kebanyakan gerabah yang dijumpai di kawasan Bayat. 

Namun, gerabah bisa dikreasikan menjadi benda-benda dekoratif, tidak terkecuali peralatan rumah tangga yang memiliki nilai seni tinggi.

"Kalau lihat di Bayat, gerabah hanya dibuat benda-benda itu-itu saja, sejak dahulu sampai sekarang juga masih, harga juga relatif murah. Padahal, gerabah Bayat bisa dibuat dengan teknik tertentu sehingga punya ciri khas, bisa dijual lebih mahal," papar Sidik saat ditemui di studio Kresan Art di Dusun Pringgading RT 1, Desa Goasari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, belum lama ini. 

(Baca juga: )

Kata Sidik, tanah liat khas Bayat memiliki keunikan tersendiri dibanding tanah liat dari daerah lain, yakni memiliki warna cenderung kecoklatan. Jika pada tahap terakhir (glasir) menggunakan teknik reduksi akan menghasilkan warna yang menarik dan alami.

"Saya pakai tanah liat dari Bayat, karakteristik beda, dari tekstur dan warna dasar coklat. Saya sering pakai teknik glasir reduksi sehingga ada efek gelap, hasil akhirnya terkesan handmade," ungkap putra dari pasangan Sadiyem dan Sagiman ini.

Kalau gerabah pada umumnya, lanjut Sidik, memiliki dasar warna merah dengan teknik glasir oksidasi akan menghasilkan keramik yang cerah dan bening. Sidik sendiri memakai tungku pembakaran sederhana yang dirakit sendiri.