Penulis
Intisari-Online.com -Di awal kepemimpinan Jenghis Khan, Mongol menemukan arti kekuatan melalui persatuan.
Tak hanya berhenti saling bertikai, bangsa Mongol bahkan menujukkan kekuatannya pada bangsa lain. Dari daratan China hingga Asia Timur dan sebagian Eropa, semuanya berhasil dikuasai.
Jenghis Khan yang dikenal sebagai penakluk daratan Asia dari Mongolia lahir tahun 1162.
Ia memiliki tiga saudara kandung, Qasar, Bekhter, dan Belgutei.
(Baca juga:Dari Jenghis Khan hingga Mansa Musa, Inilah 10 Orang Terkaya Sepanjang Sejarah (1))
Jenghis Khan yang memiliki nama asli Temujin, lahir sebagai anak kepala suku masyarakat nomaden, Kiyad.
Bersama kelompoknya yang beranggota kecil, Temujin selalu berada dalam ancaman.
Perang brutal antar suku untuk memperebutkan wilayah penggembalaan dan ternak kerap terjadi.
Pada usia 9 tahun, Temujin dikirim ke keluarga lain untuk belajar berbagai hal dan baru boleh pulang saat berusia 12 tahun.
Ketika sedang dalam perjalanan pulang, ayah Temujin tewas akibat diracun oleh suku Tartar.
Temujin lalu bertekad untuk menggantikan posisi kepemimpinan sang ayah tapi teryata ditolak oleh keluarga besarnya.
Ia dianggap masih terlalu muda. Keluarga Temujin kemudian dikucilkan dan tak mendapatkan dukungan dari sukunya.
Akibat pengucilan itu, keluarga Temujin yang dipimpin oleh ibunya, Hoelun, harus berjuang untuk hidup hanya dengan mengandalkan apa yang disediakan oleh alam sekitarnya.
Hoelun tak hanya seorang yag pandai mengajarkan bagaimana cara hidup di tanah terbuka dan tanpa ternak, tapi juga mengajarkan politik.
Salah satu petuah yang kemudian sangat mempegaruhi Temujin adalah jika mau kuat, suku-suku Mongol harus bersatu, bukannya saling menyerang.
Suatu peristiwa yang tak terduga terjadi pada keluarga Temujin hingga kemudian mengubah jati dirinya.
(Baca juga:Dari Jenghis Khan hingga Mansa Musa, Inilah 10 Orang Terkaya Sepanjang Sejarah (1))
Dalam suatu perburuan di padang rumput, tanpa disengaja kakak Temujin, Bekhter, tewas oleh panah yang dilepaskan Temujin.
Sepeninggalan sang kakak, Temujin lalu meggantikan posisinya sebagai pemimpin keluarga. Kepemimpinan di tiggkat keluarga kecil ini kelak membuatnya menjadi orang besar.
Tahun 1182, perang suku kembali berlanjut. Dalam suatu serbuan suku Tayichiut yang menjadi musuh bebuyutan mendiang ayahnya, keluarga Temujin menjadi tawanan dandijadikan budak.
Tapi berkat bantuan simpatisan ayahnya, Chilaun, Temujin berhasil melarikan diri ke tempat yang aman.
Chilaun yang merupakan prajurit tangguh tak hanya menampung tapi juga memberikan latihan keprajuritan dan ilmu-ilmu lainnya.
Ketika sudah memiliki cukup kemampuan, Temujin lalu bergabung dengan Toghril, seorag kepala suku yang juga merupakan teman akrab mendiang ayahnya.
Perang antar suku pun terus berkecamuk dan Temujin yang telah terlatih baik menemukan ladang uji cobanya.
Ia mampu menujukkan keunggulan di medan laga. Baik dalam bertempur maupun kepemimpinan.
Ajaran ibunya pun selalu diterapkan. Berkat keterampilan memimpin pasukan, Temujin secara perlahan mulai bisa menyatukan suku-suku yang tersebar di daratan Mongolia.
(Baca juga:Penemuan Mumi Kuno Mengungkapkan, Sepatu Modern Telah Ada di Mongolia Sejak 1.500 Tahun yang Lalu)
Upaya menyatukan suku-suku nomaden di daratan Mongol yang dilakukan Temujin ternyata sukses.
Suku-suku yang berhasil disatukan menjadi satu wadah dinamai “Suku Mongol”.
Suku-suku itu antara lain suku Merkit, Naiman, Mongol, Uyghur, Kerait, dan Tatar.
Dalam berikutnya,sejumlah keluarga besar Temujin iri atas pengaruh dan kekuasaannya.
Kendati begitu, tak ada seorangpun yang bisa menghalangi ketika dirinya menjadi pemimpin suku bergelar Jenghis Khan.
Dalam waktu singkat, pasukan Jenghis Khan berkembang menjadi organisasi militer yang agresif dan terus megembangkan kekuasaannya di datara China dan Asia Timur.
Temujin yang kini berubah menjadi Kaisar Semesta dengan nama Jenghis Khan dan terkenal sangat ambisius, ternyata bernafsu untuk mendirikan Dinasti atau Kekaisaran Mongolia.
Impian Jenghis Khan ternyata bisa berjalan mulus. Tahun 1215 seluruh daratan China berhasil dikuasai dan pasukan Mongol terus bergerak menuju wilayah Timur Tengah, Arab, dan Rusia.
Dalam kampanye militer yang selalu menggerakkan ratusan ribu prajurit, Jenghis Khan sering ikut bertempur.
Ia antara lain memimpin lagsung prajuritnya saat menggempur Afghanistan dan India.
Jenghis Khan juga mengenakan beragam strategi perang seperti taktik penyergapan, sistem komunikasi, suplai logistik, intelijen, pasukan khusus berkuda, dan lainnya.
Namun, gerak maju Jenghis Khan akhirnya terhenti. Pada tahun 1227 saat memimpin 129.000 prajuritnya bertempur melawan pasukan koalisi Dinasti Jin di kawasan China Barat, Jengis Khan gugur.
Pascakematian Jenghis Khan, kepemimpinannya diserahkan kepada putera ketiga, Ogadai.
Anak ketiga itu menjadi pilihan utama Jenghis Khan karena Ogadai sudah terbukti sebagai panglima paling tangguh baik dalam kepemimpinan maupun strategi militer.
Cita-cita Jenghis Khan untuk mennguasai sepenuhnya China dan Rusia pun berhasil diwujudkan oleh Ogadai.
Tahun 1241 wilayah Polandia, Jerman, Hongaria, dan Budapest bahkan berhasil ditaklukan oleh pasukan Mongol.