Demi Mempertahankan Tradisi, Batik Oey Soe Tjoen Tetap Bersikukuh Dengan Kekhasannya
Widianti Widjaya adalah genderasi ketiga batik Oey Soe Tjoen. Dia kekeh mempertahankan tradisi dan kekhasan warisan kakeknya.
Memperingati Hari Batik Nasional: Batik Oey Soe Tjoen yang Bersikukuh dengan Kekhasan
Mengembalikan kejayaan batik Oey Soe Tjoen merupakan salah satu harapan Widianti suatu saat nanti. Baginya, membesarkan batik sama halnya dengan membesarkan nama keluarga Oey.
Memperingati Hari Batik Nasional: Oey Soe Tjoen Sang Legenda Batik Pesisir
Sejak ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Kebudayaan Lisan dan Nonbendawi asli Indonesia oleh PBB pada Oktober 2009 silam, euforia batik semakin menggila. Meski demikian, tapi semua industri batik menikmati masa indah ini, salah satunya adal
Batik Oey Soe Tjoen, Ada Ironi di Tengah Puja-puji
Batik Indonesia boleh dikata tengah berada di fase penuh puja puji. Tapi, siapa sangka, tak semua pelaku bisnis batik menikmati manisnya masa indah ini. Seperti Batik Oey, batik pesisir legendaris asal Pekalongan, yang kini kondisinya bak hidup segan
Batik Oey Soe Tjoen (4): Sempat Ingin berhenti
Yang tak kalah penting, urusannya dengan para pelanggan. Dia tak mungkin begitu saja memutus hubungan baik yang telah dirajut dengan para relasi, yang tak hanya sekadar pembeli, tapi juga teman diskusi.
Batik Oey Soe Tjoen (3): Harapan dari Jepang
Widianti yang waktu itu memang sedang senggang, menyanggupi permintaan si orang Jepang yang baik hati. Seperti sebelum-sebelumnya, Widianti meminta tenggat pembuatan kurang lebih tiga tahun. Orang Jepang tersebut menyanggupi.
Batik Oey Soe Tjoen (2): Mati Suri Setahun
Widianti menerima amanat batik Oey dari ayahnya, Muljadi Widjaja, dalam keadaan compang-camping. Dari 150 tenaga kerja yang ada di zaman kakeknya, kini tersisa 60 orang saja.