Advertorial
Intisari-Online.com -Bias gender, nyatanya, masih terjadi di mana-mana, termasuk di perusahaan besar yang saat ini menjadi idaman banyak orang: Google.
Belum lama ini, Google dituntut tiga orang perempuan—yang notabene adalah karyawannya. Mereka menyebut perusahaan mesin pencari itu telah melakukan praktik diskriminasi gender dalam hal gaji.
Gaji laki-laki, menrurut mereka, lebih tinggi dibandingkan wanita meski pekerjaannya sama.
(Baca juga:Percayalah Diskriminasi Bisa Dihilangkan Asal Kita Rela Mengganti “Saya, Kami, Mereka” Menjadi “Kita”)
Dalam gugatannya mereka mengatakan bahwa ketidaksetaraan gaji tersebut mestinya sudah diketahui perusahaan, namun tidak ada tindakan apapun untuk memperbaikinya.
Kelly Ellis, mantan teknisi software Google sekaligus salah satu wanita yang mengajukan gugatan, menceritakan duduk perkara gugatannya.
Awalnya, dia dipekerjakan Google pada 2010 sebagai pegawai level 3, istilah untuk pegawai pemula yang baru lulus. Padahal kala itu dia memiliki pengalaman kerja empat tahun.
Lalu dalam beberapa pekan setelah perekrutan Kellys Ellis, Google mempekerjakan teknisi pria ke dalam timnya. Pengalaman teknisi ini sama, yakni lulus kuliah empat tahun lalu dan berpengalaman kerja empat tahun.
Namun, gaji yang diberikan oleh Google pada pekerja pria ini berbeda dari Kelly Ellis. Teknisi pria itu masuk sebagai pegawai level 4, yang berarti mendapat gaji, bonus, kenaikan gaji dan saham lebih besar.
Kelly Ellis juga menemukan bahwa di timnya, pria lain yang memiliki kualifikasi serupa dirinya atau lebih rendah sama-sama mendapatkan posisi di level 4.
Selain soal gaji, ada juga diskriminasi dalam peran. Misalnya, Kelly Ellis saat itu berpengalaman sebagai teknisi back-end. Pekerjaan tersebut melibatkan pengelolaan sistem berukuran besar, seperti server dan database.
Kendati dia berpengalaman, perusahaan justru menempatkannya pada posisi teknisi front-end untuk urusan pengelolaan layanan yang dipakai pengguna.
Menurut Kelly Ellis dalam gugatannya, teknisi back-end ini dibayar lebih mahal dan lebih mudah mendapat promosi. Namun wanita tak banyak kesempatan untuk mendapat posisi tersebut.
Dia mengungkap bahwa hampir semua teknisi wanita di Google diposisikan sebagai teknisi front-end, sedangkan pria mengisi posisi back-end.
Penggugat lainnya, Holly Pease, juga memiliki cerita serupa.
Dia telah bekerja di Google selama 11 tahun mengatakan dia tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk menjadi pegawai teknis. Padahal selama itu telah berpengalaman sebagai teknisi network dan memimpin sebuah tim teknis di Google.
(Baca juga:Perlu 70 Tahun untuk Setarakan Gaji Laki-laki dan Perempuan)
Gugatan yang diajukan tiga wanita ini mengutip tinjauan data kompensasi milik US Labor Department mengenai 21.000 pegawai Google di Mountain View, California. Data itu memperlihatkan kesenjangan gaji yang signifikan antara pegawai wanita dengan pria.
Hingga saat ini, Google dan Labor Department masih bertarung di pengadilan. Mereka memperdebatkan seberapa banyak data yang mesti diserahkan perusahaan untuk meninjau praktek penggajian itu.
Google mengatakan sudah lebih dari 1,7 juta poin data dan 329 ribu dokumen yang diserahkan sebagai bagian dari laporan. Menurut raksasa internet itu, permintaan data tambahan dari Labor Department justru sudah kelewat batas.
(Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul "Tiga Perempuan Gugat Google")