Meskipun begitu, kita yang tergolong muda atau dewasa juga tak boleh memandang remeh penyakit ini. Sebab semua orang punya peluang terserang pneumonia.
Faktornya tak cuma usia saja, tapi juga gaya hidup dan “tabungan” penyakit masing-masing individu.
Usut punya usut, salah satu indikasi masih dianggap entengnya pneumonia adalah kurang lakunya vaksin khusus penyakit ini.
Rendahnya kesadaran masyarakat bisa jadi karena mereka belum mengerti bahanya. Selain itu, banyak juga yang enggan divaksin lantaran yakin tidak bakal menjadi sasaran serangan.
Namun, kalau saja Anda tahu pneumonia penyebab kematian ketiga terbesar setelah kardiovaskular dan tuberkulosis, mungkin ceritanya jadi lain.
Mirip influenza
Kalangan dokter lazim menyederhanakan pneumonia sebagai infeksi saluran paru-paru. Bakteri penyebabnya bisa beragam, tapi yang paling ditemui di Indonesia adalah Streptococus pneumoniate.
Sayangnya, untuk mengenali gejalanya gampang-gampang susah. Dibilang mudah lantaran efeknya di badan mudah dirasakan.
Seperti demam, sesak napas (bisa sampai 20-30 kali per menit), serta batuk yang diiringi lendir berwarna hijau atau warna karat.
Susahnya, kalau diperhatikan gejala-gejala tadi mirip sekali dengan ciri-ciri serangan influenza. Pneumonia memang sering dipicu oleh penyakit flu yang tidak sembuh-sembuh.
Makanya, banyak penderita yang tidak menyadari kalau flu yang dideritanya sebenarnya sudah masuk kategori pneumonia.
Khsusus pemeriksaan penyakit ini, harus ada pemeriksaan khusus, seperti rontgen paru-paru untuk memastikan kadar lendir di saluran pernapasan.
Salah satu ciri pneumonia adalah jumlah sel darah putih yang meningkat secara signifikan. Dari kondisi normal 4.000 hingga 10.000 sel menjadi jauh di atas 10.000 sel.
Baca Juga : Makanan Setelah Olahraga: 'Haruskah Saya Makan Yogurt atau Tidak?'
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR