Advertorial
Intisari-Online.com - Tentu saja, saat kita bertemu dengan teman, kita pasti berbicara dan tertawa bersama.
Saling bertukar cerita dan saling mendengar. Begitulah hubungan persahabatan yang baik.
Secara tidak sadar, setiap orang, semakin sering ia berbicara dengan sahabat/temannya, ia merasa percaya diri akan setiap hal yang dikatakannya.
Bahkan rahasia sekalipun, diceritakan tanpa ragu atas dasar kepercayaan.
Namun, kita perlu berhati-hati dengan satu jenis teman yang amat gemar bergosip.
Kita memang boleh percaya pada teman kita, namun jangan sampai jatuh pada pertemanan yang tidak sehat gara-gara gosip.
Huffingtonpost menyebutkan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa teman yang gemar bergosip bukanlah teman yang layak dipertahankan.
Persoalannya, kita sering kali mengabaikan hal ini.
Pernahkah teman Anda datang pada Anda dan langsung membicarakan orang lain?
“Tahu enggak sih, ternyata si Betty dan Loan sudah bercerai! Aku yakin itu pasti karena Betty selingkuh!”
Banyak orang, yang jika sesama penggosip akan meladeni percakapan tersebut. Seolah pembicaraan hangat ini tidak boleh dilewatkan.
Namun sebaliknya, jika kita jeli mengenali teman, maka ketika teman mulai berbagi sesuatu yang sebetulnya tidak ada hubungannya dengan hidupnya dan hidup kita, di situlah kita harusnya mulai mempertanyakan ketulusannya dalam berteman.
Persoalannya adalah mengapa harus membicarakan hidup orang lain yang belum tentu fakta?
Apalagi dibumbui dengen opini-opini buruk untuk menjelek-jelekkan orang lain?
Teman yang membicarakan keburukan orang lain di hadapan kita tidak layak untuk kita percaya.
Bisa saja di pergaulannya yang lain, kita yang menjadi topik gosip itu.
Maupun sebaliknya, kita jadi terbiasa bergosip, tanpa sadar.
Sayangnya, banyak sekali kita terjebak dalam persahabatan yang salah karena kita menganggap gosip justru menjadi jalan untuk mempererat hubungan.
Hal ini merupakan keanehan yang nyata terjadi.
Jelas sekali, persahabatan berdasarkan gosip adalah persahabatan yang dangkal.
Karena saling berbagi bukan soal masalah pribadi, namun masalah orang lain.
Keintiman yang terbangun antara diri kita dan teman kita, adalah kedekatan yang semu sebatas membenci/membicarakan orang yang sama saja.