Advertorial

Korea Utara Uji Coba Bom Nuklir Hidrogen, AS Pun Segera Siapkan Kekuatan Militer untuk Menggempurnya

Moh Habib Asyhad

Editor

Intisari-Online.com -Perang urat syaraf antara Korea Utara dan Amerika Serikat-Korea Selatan ampaknya mulai mengarah ke peperangan yang sesungguhnya.

Hal ini bisa kita lihat dari sikap Korut yang sama sekali tidak menunjukkan sikap melunak setelah mendapat sanksi embargo ekonomi dari PBB.

Sanksi ekonomi PBB yang bertujuan untuk mencegah agar Korut tidak lagi melakukan uji peluncuran rudal balistik dan uji ledakan bom nuklir itu ternyata tidak mempan.

(Baca juga:Tak Ada Lagi Polusi! Kereta Bertenaga Hidrogen Ini Hanya Hasilkan Air dan Uap sebagai Zat Buangnya)

Minggu (3/9) kemarin, Korut bahkan melakukan langkah besar yang sangat mengejutkan dunia internasioal.

Negara yang dipimpin Kim Jong-un itu baru saja melakukan uji coba peledakan bom hidrogen. Dari sisi teknologi, ini adalah jenis bom nuklir yang paling berbahaya.

Bom hidrogen merupakan jenis bom nuklir ganda.

Setelah bom nuklir meledak karena energi atom, ledakan kedua akan muncul setelah dipicu energi panas yang sangat tinggi.

Para pengamat militer AS bahkan memberikan penilaian jika bom hidrogen yang sukses diuji coba Korut memiliki kekuatan delapan kali bom atom yang pernah dijatuhkan di Hiroshima Jepang pada PD II.

Dari sisi perang urang syaraf, tujuan Korut meledakkan bom hidrogen memang untuk menjawab latihan pengeboman pesawat-pesawat tempur AS di Korsel. Salah satu yang melakukan pengeboman dengan menggunakan bom-bom berpeledak sungguhan adalah pesawat pengebom nuklir, B1-B Lancer.

Tapi Korut yang dalam uji coba peledakan bom nuklir keenam di era kepemimpinan Presiden Donald Trump bisa meledakkan bom nuklir hidrogren jelas sangat mengejutkan.

(Baca juga:Tiga Pengebom Nuklir Ini Sudah Sangat Uzur Tapi Masih Mampu Ciptakan Neraka Dunia dalam Sekejap Mata)

Kemampuan Korut bisa memproduksi bom hidrogen jelas sangat mengejutkan AS dan dunia internasional karena bom hidrogen tergolong bom nuklir yang sangat mematikan serta berteknologi tinggi.

Jika bom hidrogen saja bisa diproduksi, artinya Korut bisa memproduksi bom nuklir konvensional dalam jumlah banyak merupakan dengan sangat mudah.

Militer dan intelijen AS sendiri tampaknya telah kecolongan karena selama ini mereka masih mengira jika teknologi nuklir yang dimilki Korut belum sampai tahap pembuatan bom hidrogen.

AS memang sudah mencurigai jika Rusia sebenarnya berada di balik kemajuan pesat teknologi nuklir yang saat ini dimiliki oleh Korut.

Oleh karena itu militer AS hanya bisa menyiapkan diri dalam posisi siap menyerang balik dalam upaya membela diri jika Korut memang benar-benar telah melancarkan serangan.

Presiden Donald Trump juga hanya bisa mengancam akan melakukan embargo ekonomi terhadap negara-negara yang selama ini melakukan hubungan dagang dengan Korut.

Tujuannya adalah agar negara-negara itu tidak membantu Korut jika pecah peperangan.

Dan kita tahu, negara-negara yang selama ini paling banyak melakukan kegiatan dagang dengan Korut adalah Rusia dan China.

Dalam Perang Korea (1950-1953), baik Rusia maupun China jelas-jelas telah membantu Korut.

Jadi, kekhawatiran AS terhadap Rusia-China akan membantu Korut lagi jika konflik AS/Korsel –Korut pecah saat ini jelas sangat beralasan.

(Baca juga:Pearl Harbor: Awal Dimulainya Malapetaka di Asia-Pasifik, Termasuk Bom Atom di Jepang)

Akibatnya militer AS yang selama ini berkarakter ofensif hanya mampu bersikap defensif—melakukan simulasi peperangan melawan Korut. Dan ini sejatinya merupakan jarang dilakukan militer AS.

Pasalnya jika AS sampai menyerbu Korut dan ternyata Rusia-China kembali membantu Korut, alih-alih mendapatkan kemenangakn, militer AS bisa babak belur.

Artikel Terkait