Advertorial
Intisari-Online.com -Selingkuh bukan hanya permainan para pria, tapi juga perempuan.
Studi mengatakan bahwa 45 persen perempuan dan 55 persen pria mungkin akan berselingkuh ketika sudah berstatus menikah.
Penelitian lain menyebutkan adatiga penyebab utama seorang perempuan selingkuh.
Alasan pertama perempuan berselingkuh adalah karena ia bisa menjadi lebih terbuka dalam sebuah hubungan.
Berselingkuh terkadang dilakukan untuk merasakan inti dari sebuah hubungan, yang mana mengawinkan emosi dan fisik untuk menjalani hidup bersama seseorang yang disebut suami.
Terkadang kaum hawa melakukannya sebelum menyadari apa yang diinginkannya dari sebuah pernikahan.
Perempuan juga bisa berselingkuh akibat tidak benar-benar tahu apa tujuannya sampai mereka memulai untuk berselingkuh.
Mereka menggunakan hubungan sebagai penggerak untuk mengakhiri pernikahannya, atau istilah katanya “berayun dari satu cabang ke cabang yang lain” hanya demi memastikan prospek mereka untuk memutuskan sebuah perubahan.
Alasan kedua perempuan berselingkuh karena ingin melakukannya sesuai caranya sendiri. Kepercayaan diri seseorang kerap timbul ketika berselingkuh.
Walau tidak semuanya sepakat, berselingkuh menjadi cara lain mewujudkan gairah dan meningkatkan perasaan diakui sebagai seorang perempuan secara temporer.
Alasan ketiga secara alami perempuan berselingkuh karena ketidakpuasan seksual.
Jika perempuan menemukan pria lain, maka di situlah ia mendapatkan kepuasan emosional dan seksual.
Perempuan berselingkuh karena kepuasan mendapati koneksi yang intim dengan partner yang sudah sama-sama berkomitmen, walaupun berisiko harus kehilangan apa yang dimilikinya.
Manusia secara alami akan mencari apa yang membuatnya nyaman dan merasa baik.
Faktanya, beberapa studi menunjukkan bahwa 80 persen perselingkuhan terjadi karena adanya kesempatan.
Jika kesempatan datang maka akan sulit untuk menolak perselingkuhan yang membawa perempuan pada kesenangan atau intrik.
Perselingkuhan harus diakui lebih sulit untuk ditolak bagi perempuan yang merasa tidak puas atau bahagia dengan pernikahannya, seperti perasaan stres, depresi dalam kehidupan rumah tangga atau karir.
Menemukan kepuasan membuatnya merasakan kepuasan secara singkat atau bahkan pemenuhan dalam jangka panjang. (tabloidnova.com)