Intisari-Online.com – Tidak seperti kebanyakan platform media sosial asal Barat, WhatsApp yang merupakan aplikasi perpesanan terenkripsi yang populer luput dari perhatian pejabat China.
Namun, ternyata sekarang sudah dalam radar mereka.
Beberapa pengguna WhatsApp yang dihubungi oleh CNNMoney melaporkan bahwa mereka tidak dapat mengirim gambar atau video pada hari Selasa (18/7/2017).
Pakar siber mengatakan bahwa mereka telah melihat gangguan lebih lanjut pada server WhatsApp di China pada hari Rabu (19/7/2017).
Server tidak diblokir sepenuhnya namun "sebagian besar tidak tersedia," kata Charlie Smith dari GreatFire.org, sebuah kelompok yang memantau penyensoran internet di negara ini.
(Baca juga:Rakus Gunakan Energi, China Kembangkan PLTS Mengambang Terbesar di Dunia)
"Saya juga telah melakukan tes kecepatan dari China dan situs-situs tersebut tidak terjangkau," katanya kepada CNNMoney.
Nadim Kobeissi, seorang kriptografer terapan di Symbolic Software, perusahaan rintisan yang berbasis di Paris, mengatakan bahwa timnya masuk ke aplikasi via server China pada hari Selasa dan tidak dapat mengirim apa pun selain pesan teks dasar.
"Kami menyadari bahwa server yang digunakan Whatsapp untuk tukar menukar video, foto, dan file yang terblokir dengan cara yang sama seperti terblokirnya Facebook, BBC, dll," kata Kobeissi.
Juru bicara WhatsApp menolak berkomentar saat dihubungi CNNMoney. Pemerintah China tidak segera menanggapi permintaan komentar.
(Baca juga:5 Alasan Donald Trump Terpaksa Takluk kepada China(
China memperketat sensor internet ke seluruh pejabat menjelang Kongres ke-19 Partai Komunis pada musim gugur ini, yang diharapkan akan terjadinya perombakan kepemimpinan senior utama. Undang-undang keamanan siber baru yang mulai berlaku pada bulan Juni diperkirakan akan mempersulit perusahaan asing untuk beroperasi di China.
"Munculnya undang-undang keamanan siber yang baru, serta kongres Partai yang akan segera mulai, di samping adanya kehancuran pada VPN yang tidak terdaftar, menunjukkan bahwa ini adalah upaya dari pemerintah untuk mengurangi kebebasan berekspresi secara terpadu," kata Peter Micek, penasihat umum organisasi hak digital Access Now dan seorang guru kebijakan internet dan pemerintahan di Columbia University.
Gelombang berita sensitif seputar politik tampaknya telah memicu peningkatan sensor di China dalam beberapa pekan terakhir.
Setelah kematian Liu Xiaobo - peraih Nobel Perdamaian dan aktivis hak asasi manusia terkemuka China - minggu lalu, sensor pemerintah China telah menghalangi orang untuk mengunggah gambar sebuah kursi kosong sebagai bentuk penghormatan kepada Liu.
Komite Nobel menempatkan medali Liu Xiaobo di sebuah kursi kosong dalam upacara penghargaan tahun 2010 karena dia masih dipenjara.
Siaran CNN dihitamkan di China setiap kali foto atau cerita Liu muncul.
(Baca juga:Dialah Raden Wijaya, Raja yang Berhasil Mengalahkan Pasukan Dinasti Yuan dari China)
Smith, dari GreatFire, yakin tindakan keras terhadap WhatsApp itu terutama terkait dengan kematian aktivis tersebut.
"Sensor bekerja sepanjang waktu, mencoba untuk menghilangkan semua informasi tentang dia. Mereka yakin bahwa orang China menggunakan WhatsApp untuk berbagi foto dan video tentang dia dan mengambil langkah keras untuk mencegah hal itu terjadi," katanya.
Pekan lalu, gambar Winnie the Pooh juga dilaporkan disensor di media sosial China karena pengguna internet membandingkan kemunculan kartun tersebut dengan Presiden Xi Jinping.
Di Weibo (WB), layanan serupa Twitter di China (TWTR, Tech30), jika kita mencari kata kunci "Winnie the Pooh dan Xi Jinping" maka dipastikan tidak ada hasil yang sesuai yang muncul.
China memiliki 731 juta pengguna internet, dan 95% di antaranya mengaksesnya melalui perangkat mobile, menurut data dari China Internet Network Information Center.
Media dan perusahaan teknologi Barat telah berusaha mendobrak pasar selama beberapa dekade namun sebagian besar gagal.
Facebook (FB, Tech30), Google (GOOGL, Tech30), Instagram, Twitter (TWTR, Tech30), Snapchat (SNAP) dan YouTube termasuk di antara layanan dari Barat yang diblokir di China.
Tindakan keras tersebut telah membukakan peluang perusahaan domestik seperti Baidu (BIDU, Tech30), Youku, Sina (SINA) dan Tencent (TCEHY) meraih keuntungan yang sangat besar.
Para ahli mengatakan penyensoran WhatsApp itu dimaksudkan untuk membantu layanan serupa dari perusahaan lokal - Tencent's WeChat. Tidak seperti WhatsApp, WeChat tidak terenkripsi dan sejauh ini lebih mudah dipantau.
"Tindakan terhadap WhatsApp itu intinya adalah untuk memaksa orang China menggunakan sistem yang lebih terbuka seperti WeChat," kata Kobeissi.
Sayangnya, kalau Indonesia meniru belum ada layanan lokal yang bisa menggantikan WhatsApp.