Bagaimana Cincin Kawin Bisa Jadi Simbol Pengikat Pernikahan? Ternyata Semuanya Berawal dari Anyaman Rumput

Ade Sulaeman

Editor

Mencari cincin yang hilang di pantai
Mencari cincin yang hilang di pantai

Intisari-Online.com – Sekarang kita anggap cincin kawin sebagai sesuatu yang wajar.

Namun, sejak kapan janji sehidup semati itu diwujudkan dalam bentuk cincin mungkin kita belum tahu.

Tradisi memberi cincin kawin telah berjalan selama berabad-abad.

Rumput yang dianyam, kemungkinan yang pertama dipakai sebagai tanda ikatan perkawinan.

Anyaman rumput yang dibentuk melingkar itu kemudian diikatkan pada pergelangan tangan dan kaki kedua pengantin, sebagai simbol agar mereka tidak bisa melarikan diri.

(Baca juga: Misteri Cincin Terkutuk Bintang Film Bisu Rudolph Valentino yang Lekat dengan Kesialan)

Gelang dan rumput itu kemudian berganti dengan digunakannya kulit, tulang, batu, perak, dan emas.

Sebelum mengenal permata, sebagai penghiasnya.

Gelang dan anak panah paling disukai

Cincin pertunangan bermata berlian pertama kali digunakan menjelang abad ke-15, yaitu cincin pertunangan yang dibeirkan Pangeran Maximillian dari Austria untuk Mary dari Burgundy.

(Baca juga: Tangan Kanan atau Tangan Kiri? Dimanakah Seharusnya Kita Kenakan Cincin Kawin?)

Intan yang pertama kali ditemukan lebih dari 2.000 tahun yang lalu itu hingga kini dianggap sebagai batu penghias terbaik.

Ini disebabkan karena daya tahan alami yang dimilikinya (“adamas” = tak terkalahkan), sehingga intan menjadi lambang keberanian yang tak terkalahkan.

Ada yang percaya bahwa dengan memandang isi intan, dia akan memperoleh kekuatan tenaga dalam.

Ada juga yang menganggap intan sebagai penolak kejahatan.

Intan yang dikenal sebagai batu mulia terkeras ini kemudian dipakai sebagai simbol cinta abadi sepasang manusia.

Sinar yang terpancar dari dalam intan juga dipandang sebagai gelora cinta.

Pada mulanya intan yang menghiasi cincin masih berupa kristal yang belum digosok halus.

Baru menjelang akhir abad ke-15 ditemukan teknik pemotongan dan penggosokan.

Pada semacam meja pemotong, di bawah batu intan diletakkan kertas perak untuk menambah kilauannya.

Namun, hasilnya masih jauh bila dibandingkan dengan hasil pemotongan zaman sekarang.

Pada abad ke-16 cincin model baru disebut gimmel atau cincin kembar menjadi mode.

Ketika menikahi Catherine Bara, Martin Luther menggunakan cincin model ini.

Pada abad ke-17, cincin kembar dihiasi dengan simbol romantis lainnya, dua tangan yang sedang berpegangan (lambang kesetiaan orang Italia).

Kadang-kadang masih ditambahi intan berbentuk hati dan anak panah dewi asmara.

Hati dan anak panah memang merupakan motif yang sering dipakai.

Cincin tandan (bertingkat) juga sangat populer.

Biasanya di tengahnya ada batu yang dikelilingi intan-intan kecil.

Ini melambangkan karangan bunga perkawinan dengan bunga mawar di tengahnya.

Diisi parfum

Ada juga model lain, di mana karangan bunga tadi diberi engsel, sehingga bisa dibuka-tutup dan di dalamnya bisa disimpan tetesan parfum.

Cincin ini membuat jari pemakainya menyebarkan bau wangi saat si pengantin pria mencium tangan pengantin wanita.

Di abad ke-18 memahatkan syair/kata-kata pada cincin cinta atau cincin buah hati, menjadi mode.

Penemuan tambang emas di Brasil ikut mempengaruhi kepopuleran intan.

Untuk meningkatkan kilauan intan, dipakai teknik pemotongan dan penggosokan baru. Menjelang akhir abad ke-18, pahatan cinta tidak lagi ditulis di dalam, tetapi di luar cincin.

Intan semakin mudah diperoleh sesudah abad ;ke-19 dengan ditemukannya tambang-tambang baru sejalan dengan Revolusi Industri.

Akibatnya, lambang status ini makin banyak dipakai masyarakat umum.

Di zaman Victoria, memberi wanita 2 cincin menjadi tradisi: satu cincin tanda pertunangan dan satu lagi cincin perkawinan sesungguhnya.

Pada akhir abad ke-19 orang lebih mengutamakan batuannya dari pada cincinnya sendiri.

Platina awal abad ke-20 mulai disukai, karena lebih kuat daripada perak atau emas.

Di samping itu platina bisa memegang intan dengan baik, dan intan juga tampak lebih berkilau.

Tambahan lagi ditemukan teknik pemotongah baru yang dapat dipakai hingga sekarang, yang menghasilkan kilauan lebih banyak.

Tradisi cincin kawin intan berlangsung dari abad ke abad dan dalam setiap abad muncul bentuk-bentuk baru.

Saat ini banyak sekali pilihan yang menarik bagi si calon pengantin, yang di antaranya merupakan perkembangan dari zaman dahulu.

Cincin tandan, soliter, dua tangan yang menggenggam hati; ini semua merupakan motif yang menjadi simbol dan komitmen cinta dari cincin pertunangan dan perkgwinan. (P. Carbone)

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Desember 1990, dengan judul asli Sejarah Cincin Kawin)

Artikel Terkait