Intisari-Online.com -Sebuah robot yang dikembangkan enam gadis Afganistan telah terpilih mewakili negaranya dalam ajang internasional bergengsi di Amerika Serikat.
Tapi sayang, para penemunya, gadis-gadis itu, tak bisa turut serta. Mereka kesulitan mendapatkan visa perjalanan.
(Baca juga:Mesin Robotik Ini akan Membantu Kita yang Malas Melipat Pakaian)
Tim robotik Afganistan dari Herat ini begitu senang ketika terpilih mewakili Afganistan dalam acara FIRST Global Challenge. Ini adalah kompetisi robotik global yang diadakan di Washington DC.
Untuk melakukan wawancara visa, para gadis itu harus rela menempuh perjalanan sejauh 500 mil ke Kedutaan Amerika di Kabul. Tak hanya sekali, tapi dua kali dengan harapan bisa mendapatkan visa selama tujuh hari di Amerika.
Namun, mereka tak beruntung. Robot mereka memang diizinkan berangkat, tapi tidak dengan para penemunya.
Roya Mahboob, yang mendirikan perusahaan perangkat lunak Citadel di Afganistan, merekrut gadis-gadis itu untuk proyek tersebut.
“Ini adalah pesan yang sangat penting bagi masyarakat kita. Dunia robot itu sangat, sangat baru di Afganistan,” kanya kepad Forbes.
Ketika gadis-gadis itu mendengar kabar buruk itu untuk pertama kali, bagaimanapun, menurut Mahboob, mereka menangis sepanjang hari. Mereka amat kecewa.
Meski demikian, bocah-bocah bermasa depan cerah itu masih punya harapan tinggi untuk berkompetisi.
Mereka sekarang berada di Herat untuk melakukan sentuhan terakhir terhadap robot yang akan pergi ke Amerika itu. Di Negeri Paman Sam, si robot akan bersaing dengan 163 robot lainnya.
Joe Sestak, presiden First Global, mengatakan bahwa ia sangat kecewa karena gadis-gadis penuh keberanian itu tidak bisa bergabung dengan peserta lainnya di Washington DC bulan ini.
Tim lain dari Irak, Iran, dan Sudan, semuanya berhasil mendapatkan visa perjalanan ke Amerika Serikat. Hanya tim Afganistan dan Gambia yang permohonan visanya ditolak.
(Baca juga:Berhubungan Seks Sebelum Kompetisi Atletik Mungkin Berdampak Positif pada Kinerja)
Salah satu pembuat robot, Fatemah (14), bergabung dengan rekan-rekannya untuk merampungkan sentuhan terakhir para robot mereka.
“Kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa kami bisa melakukannya,” ujarnya. “Kami hanya butuh kesempatan.”