Mengenal Farhana Maute, Wanita Yang Menjadi Ikhwal Mula Perang Marawi

Yoyok Prima Maulana

Editor

Farhana Maute dan anaknnya, Abdullah.
Farhana Maute dan anaknnya, Abdullah.

Intisari-online.com - Maute, layaknya Osama bin Laden, adalah lakon keluarga kaya raya yang tersesat dalam kisah menyeramkan.

Sebelum membentuk kelompok teroris paling kejam di Filipina, mereka adalah salah satu keluarga paling berpengaruh di selatan Mindanao.

Tidak ada kebijakan politik atau proyek pemerintah yang berjalan tanpa campur tangan Farhana Maute.

Perempuan berusia 60 tahun itu dikenal pendiam dan bersuara lembut.

(BACA JUGA:Tidak Kalah Dari Malaysia, Inilah 8 Jenis Durian Asli Indonesia Nan Lezat)

Hartanya berpusar pada sederet properti di Mindanao dan Manila, serta sebuah perusahaan konstruksi.

Informasi ini diungkapkan seorang analis keamanan yang mempelajari latar belakang keluarga Maute.

Seperti lazimnya kaum berada, keluarga Maute tidak banyak mencuri perhatian publik.

Dia tetap tak terlihat, bahkan ketika Farhana aktif mengusung calon pilihan untuk memenangi pemilu dengan mengandalkan pengaruh dan hartanya.

Seperti lazimnya klan-klan berpengaruh lain di Mindanao, Maute pun memelihara milisi bersenjata.

Menebus dendam di Marawi

Ketika dua tahun lalu, mereka berseteru dengan Wali Kota Butig, Dimnatang Pansar, seputar pemilihan pemenang tender proyek pemerintah.

Konflik pun dengan cepat menjalar menjadi perang antarklan. Militer Filipina turun tangan membela Pansar.

Tapi, Maute yang terdesak malah mengumpulkan kelompok militan Islam lain dan mengumumkan afilisinya kepada kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

Mereka juga mendeklarasikan perang terhadap pemerintah pusat. Dendam itu terbayarkan di Marawi.

(BACA JUGA:Tahi Lalat Pembawa Berkat)

Joseph Franco, peneliti senior di Rajaratnam School of International Studies yang kerap bekerjasama dengan militer Filipina menduga, manuver Maute menyatakan kesetiaan pada ISIS hanya gertakan.

Hal itu dilakukan sekadar untuk menakut-nakuti klan Pansar.

Dalam risetnya, Franco mengaku tidak menemukan bukti bahwa Farhana Maute mendapat pengaruh radikalisasi dari pihak lain.

"Dia sebenarnya cuma pengusaha," kata seorang perwira militer yang tinggal di Marawi kepada Reuters.

"Tapi klannya terlibat dalam perseteruan politik dengan Wali Kota Butig."

Dulunya keluarga relijius

Meski begitu Maute sejak awal merupakan keluarga reilijus, kata Mohamad Ampuan, warga Marawi.

Dia mengenal dua anak Farhana, Omar Khayam dan Abdullah, yang menjalani studi di Timur Tengah.

Seorang tetangga lain menyebut Maute dulu adalah keluarga baik. Penilaian itu diungkapkan Khana-Anuar Marabur yang juga bekerja sebagai anggota dewan di Marawi.

Menurut dia, Farhana adalah seorang ibu yang ramah, murah hati, dan tidak jengah bercengkrama dengan penduduk biasa.

"Suaminya sangat perkasa," kata Marabur.

"Dia seperti seekor harimau. Tapi harimau yang jinak dan bertuan," sambung dia.

Kini Farhana dan suaminya, Cayamore, mendekam di penjara setelah ditangkap di dua tempat berbeda di Mindanao, awal Juni silam.

Sementara kedua anaknya diyakini masih bertempur di Marawi.

(BACA JUGA:Inggit Ganarsih, Kartini Terlupakan Di Belakang Soekarno)

(Artikel ini tayang di Kompas.com dengan judulSiapa Farhana Maute, Ibu Penebus Dendam Keluarga di Marawi?)

Artikel Terkait