Di Ibu Kota ISIS Ini Siapa pun Bisa Mati Setiap Saat

Moh Habib Asyhad

Editor

Raqqa, ibu kota ISIS
Raqqa, ibu kota ISIS

Intisari-Online.com -Dulu Raqqa adalah ibu kota kekhalifahan Bani Abbasiyah. Dan sejak 2014 lalu, kota ini dijadikan ibu kota ISIS. Menurut kabar yang beredar, di ibu kota ISIS ini siapa pun bisa mati setiap saat.

Dilaporkan Kompas.com, seorang pegiat secara diam-diam merekam suasana kota dan berhasil membawa rekaman ini ke Turki.

Dalam rekaman itu diketahui, warga berlalu-lalang di satu bagian kota, sementara di sisi kiri dan kanan jalan terdapat tumpukan kantong pasir.

(Baca juga:Hilangnya Tiga Pendeta dan Satu Tokoh Syiah di Malaysia Bukan Cara Kerja ISIS)

Di atap salah satu gedung, bendera ISIS berwarna hitam berkibar ditiup angin. Di bagian lain, rekaman menunjukkan pasar tradisional yang cukup ramai.

Ada kios-kios penjual, sementara beberapa perempuan dengan pakaian berwarna hitam berjalan bergegas.

Di jalan, beberapa orang menarik gerobak berisi dagangan. Lagi-lagi, terlihat banyak tumpukan kantong pasir.

“Menyembunyikan” jalan

Tapi ada yang cukup mencocok. Beberapa meter di atas beberapa ruas jalan, dipasang terpal.

Para aktivis mengatakan terpal ini sengaja dipasang agar jalan-jalan di Raqqa tak bisa dilihat oleh pesawat-pesawat tempur milik koalisi yang secara rutin menggempur Raqqa.

“Tak semua warga di Raqqa menerima kehadiran ISIS. Mereka ini tergabung dalam kelompok Ahrar al-Furat,” ungkap aktivis yang mengambil video saat berbincang dengan BBC di satu lokasi di Turki.

Meski dengan aksi-aksi sepele, kelompok ini tekun melakukan perlawanan terhadap ISIS. Misalnya dengan menulis grafiti di tembok kota.

“Intinya adalah kami ingin menunjukkan bahwa ISIS tidak diterima di Raqqa.”

Meski demikian, para “pembangkang” ini masih kesulitan mengirim informasi keluar Raqqa.

(Baca juga:Mengirim Lebih dari Seribut Pasukan ke Irak, Inilah yang Membuat Inggris Jadi Sasaran ISIS)

“ISIS mengontrol siapa saja, apa saja. Mereka akan melakukan tindakan apa pun untuk memastikan warga kota tidak berkomunikasi dengan dunia luar,” kata salah seorang aktivis di sana.

Ia juga mengatakan suasana waspada sangat terasa, seakan-akan kota harus disiapkan setiap saat untuk menghadapi pertempuran.

Kota maut

Gambar lain yang juga tampak di video ini adalah sejumlah keluarga mengepak barang dan meninggalkan Raqqa dengan menggunakan mobil atau truk.

Di pinggiran Raqqa, puluhan ribu orang terlebih dulu mengungsi seiring dengan makin intensifnya pertempuran.

“Ini adalah kota maut, siapa pun bisa mati setiap saat.”

Koalisi yang memerangi ISIS di Suriah dan Irak meningkatkan serangan udara di sekitar Raqqa dalam beberapa pekan terakhir yang dilaporkan memicu peningkatan jumlah korban di kalangan warga sipil.

Senin (5/6) kemarin, organisasi HAM mengatakan satu serangan udara menewaskan setidaknya 17 warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, yang tengah meninggalkan Raqqa dengan menyeberangi Sungai Efrat.

(Baca juga:Setidaknya 36 Orang Tewas dalam Sebuah Aksi Perampokan Kasino di Manila, Tak Ada Kaitannya dengan ISIS)

Data PBB menyebutkan, 100 ribu orang menyelamatkan diri dari Raqqa sejak April untuk menghindari pertempuran.

Di dalam kota, harga pangan naik dan pasok air bersih hanya tersedia rata-rata hanya empat jam per hari.

Selain itu, Raqqa juga menghadapi kelangkaan tenaga medis dan obat-obatan. Diperkirakan jumlah milisi ISIS di pusat kota Raqqa antara 3.000 hingga 4.000 orang. (Kompas.com)

Artikel Terkait