Intisari-Online.com – Kondisi negeri yang sering terkena gempa, membuat warga Jepang terpicu untuk menciptakan rumah antigempa. Yang tengah populer saat ini adalah rumah antigempa dari styrofoam.
Rumah dari styrofoam berbentuk kubah itu dibuat oleh pabrikan Japan Dome House. Rumah ini diklaim tahan gempa, sangat murah, cepat membuatnya, dan memiliki kemampuan mengisolati panas yang tinggi.
(Baca juga: Gempa Aceh: Teknologi Antigempa dari Jepang)
Sebagai bahan pertimbangan, pada April 2016, Prefektur Kumamoto terkena gempa berkekuatan 7.0. Peristiwa alam itu menewaskan 49 orang dan 3.000 orang terluka.
Gempa juga membuat lebih dari 44.000 warga diungsikan karena rumah mereka roboh atau terbakar. Sampai sekarang ribuan diantara mereka masih tinggal dalam rumah penampungan sementara.
Rusaknya struktur bangunan yang terjadi di Kumamoto juga dialami oleh tetangganya, Prefektur Oita. Hanya satu daerah yang tidak rusak di prefektur itu, yaitu Village Zone Kyushu.
Village Zone Kyushu adalah sebuah komplek perumahan yang terdiri dari 480 rumah berbentuk kubah yang dibuat oleh Japan Dome House.
(Baca juga: Gempa Aceh: Sabuk Keselamatan Rumah Antigempa)
Sebenarnya, perusahan tersebut sudah meyarankan penggunaan rumah styrofoam ini lebih dari satu dekade. Nah, baru setelah gempa Kumamoto ini pandangan masyarakat berubah bahwa rumah styrofoam bukan sekadar marketing.
Setiap bagian dari rumah seberat 80 kg ini disatukan dengan lem super kuat. Dengan kombinasi bentuk kubah dan sedikitnya tiang dan penyangga yang justru membuatnya tahan dari guncangan gempa yang kuat.
Tentunya Japan Dome House tidak menggunakan styrofoam biasa untuk membangun rumah ini. Bahan styrofoam ini dikembangan dari sebuah bahan generasi baru yang lebih kuat dibandingkan bahan untuk membungkus makanan atau benda lainnya.
Menurut situs RealEstate.co.jp, butiran dalam polystyrene biasa dikembangkan dari 50% hingga 70% ukuran asli styrene monomer yang menyebabkan penyerapan sejumlah besar oksigen.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR