Advertorial

Kisah Christopher McCandless Sumbangkan Ratusan Juta untuk Amal, Tinggal 113 Hari di Bus Lalu Mati Kelaparan

Moh. Habib Asyhad
Masrurroh Ummu Kulsum
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Christopher McCandless memilih meninggalkan keluarga dan kehidupan kotanya untuk berkelana ke Alaska dan akhirnya mati.
Christopher McCandless memilih meninggalkan keluarga dan kehidupan kotanya untuk berkelana ke Alaska dan akhirnya mati.

Intisari-Online.com – Bagi yang pernah membaca buku Jon Krakauer berjudul Into the Wild--atau filmnya--harusnya mengingat nama ini: Christopher McCandless.

Kisahnya sangat terkenal hingga diangkat menjadi film itu.

Christopher McCandless adalah seorang pendaki Amerika.

Ketika berusia 24 tahun, ia meninggalkan kehidupan kotanya dan menyumbang 24 dolar AS (Rp364 juta) dalam bentuk tabungan untuk amal.

Ia berkelana ke Alaska pada April 1992 dengan sedikit makanan dan peralatan – berharap hidup dalam kesendirian.

Baca Juga : Tessa Kaunang Lakukan Laser Organ Intim Rp7 Juta: Benarkah Metode Ini Bisa Membuat Miss V Kencang Kembali?

Empat bulan kemudian, sekelompok pemburu rusa menemukan sisa-sisa kelaparan McCandless dalam bus yang menemani di hari-hari terakhirnya.

Sekarang, bus kota Fairbanks 142 itu dikenal sebagai 'Bus Ajaib' yang terparkir di luar batas utara Taman Nasional Denali, di Alaska.

Bus yang kemudian menjadi situs ziarah bagi ratusan turis yang mengikuti jejak McCandless.

Christopher McCandless lahir di California dan dibesarkan di Virginia, pinggiran kota Washington DC.

Ayahnya bekerja sebagai spesialis antena untuk NASA, sementara ibunya bekerja sebagai sekretaris di Hughes Aircraft.

Mereka adalah potret keluarga yang sukses.

Tak lama setelah lulus kuliah, McCandless memberikan sisa uang dari dana pendidikannya untuk amal dan diam-diam meninggalkan rumah untuk memulai petualangannya.

Pada April 1992, McCandless mendaki sekitar 20 mil menyusuri Jejak Stampede, jalur pendakian berlumpur yang terletak di Denali Borough, di Alaska.

Setelah menyeberangi dua sungai, ia tiba di sebuah bus tua yang ditinggalkan di sana sejak tahun 1960-an oleh sebuah perusahaan konstruksi.

Ia mulai menggunakan bus itu sebagai tempat tinggalnya sembar berburu.

Baca Juga : Rini Puspitawati, Pemandu Karaoke Pengemudi CR-V Maut di Sarangan Akhirnya Meninggal Dunia

McCandless memiliki persediaan berupa beras sekitar 4 kilogram senapan semi-otomatis Remington dengan 400 butir amunisi, beberapa buku dan peralatan camping.

Ia berburu hewan seperti landak, tupai, ptarmigan dan angsa Kanada.

Pada suatu waktu, McCandless mencoba kembali tetapi terjebak air dari es yang mencari di musim panas. Tak mungkin baginya untuk menyeberang.

McCandless tinggal di dalam bus selama total 113 hari.

Ketika ditemukan, ia mati dalam keadaan kelaparan, beratnya hanya 30 kologram.

Sebagia sumber menyebut McCandless mati kelaparan. Beberapa bersikeras ia mati karena makan tanaman beracun.

Tetapi semua sepakat, kematian McCandless adalah hal yang seharusnya dapat dicegah.

Ada pula yang menganggap tindakan McCandless berkelana dengan persiapan minim tak ubahnya tindakan bodoh mirip bunuh diri.

Kisah McCandless telah menimbulkan banyak pertanyaan dan menyebabkan perdebatan yang berbeda tentang keselamatan di alam liar dan apa yang tidak boleh dilakukan.

Baca Juga : Gara-gara Menang Lotere Rp2 Triliun, Aib Buruk Pria Ini 20 Tahun yang Lalu Justru Terbongkar

Mirip fenomena banyaknya orang yang mendaki gunung setelah film 5 cm dibuat, pun begitu dengan 'bus ajaib' Christopher McCandless.

Setelah film Into the Wild tahun 2007, ssitus tersebut menjadi daya tarik utama yang menarik ratusan wisatwan untuk datang tiap tahunnya.

Padahal, medan menuju ke sana sangatlah berat.

Kondisi 'bus ajaib' itu pun kini memprihatinkan, banyak wisatwan yang mengambil beberapa bagiannya dan telah berkarat.

Baca Juga : Jamal Khashoggi Diduga Tewas: Tak Hanya di Arab Saudi, di Indonesia Juga Banyak Wartawan Tewas di Bunuh, Ini 5 di Antaranya

Artikel Terkait