Advertorial
Intisari-Online.com - Seorang tahanan perang (POW) dibebebaskan dari tahanan Rusia tahun 2000.
Dia tidak dipenjarakan di Afganistan tahun 1980-an, yang merupakan perang yang berhubungan dengan Rusia waktu itu.
Pria itu ditahan di rumah sakit jiwa Soviet sejak PD II.
Nama pria itu adalah Andras Toma dan dia adalah tahanan perang terakhir PD II.
Salah satu senjata yang digunakan Uni Soviet terhadap musuh-musuhnya adalah menempatkan para tahanan perang di rumah sakit jiwa.
Sepanjang 1960-an dan 70-an, rezim menempatkan para pembangkang dirumah sakit jiwa karena sejumlah alasan.
Pertama, untuk menghukum para tahanan.
Kedua, rezim bisa mengatakan kepada publik bahwa tahanan adalah orang gila, sehingga perkataan mereka tidak dipercaya.
Ketiga, banyak pembangkang tunduk pada eksperimen 'psikologis' kasar yang melibatkan obat-obatan, keju listrik, dan perawatan tidak etis lainnya.
Baca Juga : Meski Menang, Bonus Khabib Nurmagomedov Lebih Sedikit dari Conor McGregor, Bahkan Belum Dibayarkan
Untuk yang benar-benar sakit jiwa pun tidak berarti mendapatkan perlakuan lebih baik.
Mereka mendapatkan perlakuan yang buruk, bahkan hal ini berlaku setelah jatuhnya Uni Soviet.
Andras Toma ditempatkan di rumah sakit jiwa tersebut pada tahun 1945.
Dia ditangkap karena membela sebuah kota kecil di Polandia tahun 1944.
Baca Juga : Untuk Orangtua, Begini Cara Menurunkan Panas pada Anak Sesuai Umurnya
Hungaria adalah sekutu Jerman sampai hari-hari terakhir perang ketika Soviet mengancam akan meruntuhkan negaratersebut jika tidak berpindah haluan.
Toma dibawa tahanan sebelum orang Hungaria melihatpengumuman hilangnya Toma.
Dia berada di daftar prioritas Hungaria karena dia hilang dalam sebuah aksi dan akhirnya dianggap mati.
Toma ditempatkan di kamp tahanan perangbersama kebanyakan berisi tahanan Jerman.
Toma tidak bisa berbicara Jerman dan orang Jerman tidak bicara Hungaria.
Juga tidak ada penjaga Soviet atau pihak berwenang yang berbicara bahasa Hungaria.
Hal ini membuat orang-orang mengira Toma bicara omong kosong. Tidak ada yang tahu apa yang dikatakan Toma.
Toma juga sama sekali tidak mengerti bahasa Rusia, selain dia hanya mampumengucapkan beberapa kata untukmenyampaikan kebutuhan dasar seperti makanan, air, dan lainnya.
Pada tahun 2000, seorang ahli bahasa Slovakia, dipanggil oleh pihak berwenang Rusia untuk dapat memecahkan bahasa Toma.
Dia kemudian mengidentifikasi bahasa itu adalah bahasa Hungaria.
Ketika Toma kembali ke Hungaria akhir tahun itu, banyak orang yang marah karena tidak seorang pun dalam lima puluh tahun yang cukup peduli untuk mengetahui cerita Toma dan tidak ada yang tahu bahasa yang dibicarakan.
Setelah berbicara dengan Toma, yang kemudian menjadi pendiam dan agak menunjukkan tanda-tanda PTSD (pasca gangguan stres traumatik), kemudian pihak berwenang Hungaria melakukan banyak penelitian dan mencari identitasnya.
Hal ini dipersulit ketika pihak rumah sakit juga telah mendaftar namanya yang salah.
Seorang saudara laki-laki dan perempuan yang masih hidup ditemukan dan mereka mengenalinya dari tes DNA yang telah dikonfirmasi.
Baca Juga : 5 Tips Menghindari Kantuk di Siang Hari Tanpa Harus Minum Kopi
Sekembalinya ke Hungaria, kenangan Toma kembali.
Dia pernah dilatih menjadi pandai besi dan dilantik ke dalam Angkatan Darat Hongaria tahun 1944.
Dia hanya berjuang sebentar sebelum dibawa tawanan.
Toma dipenjara pada usia 19 tahun dan dibebaskan di usia 74 tahun.
Dia bicara versi lama bahasa Hungaria sehingga kadang sulit dimengerti.
Pemerintah Hungaria mengakui pengorbanan Toma dan mereka membayar kembali upahnya selama 55 tahun.
Toma menghabiskan sisa hidupanya dengan dirawat oleh saudara perempuannya.Dia meninggal tahun 2004.
Baca Juga : F-35 Mampu Hancurkan Musuh Tanpa Harus Lepaskan Tembakan, Ini Caranya!