Intisari-Online.com - Jangan anggap remeh, perlahan namun pasti industri militer dalam negeri telah mampu menjadi raja di negeri sendiri.
Kabar terbaru adalah Ranpur (kendaraan tempur) P6 ATAV (All Terrain Assault Vehicle), garapan PT Sentra Surya Ekajaya (SSE) yang dipakai oleh Presiden Ir. Joko Widodo beberapa waktu lalu.
P6 ATAV dikembangkan berdasarkan kebutuhan perang modern yang mampu dipakai baik on road maupun off road.
“P6 ATAV telah digunakan 18 unit oleh Kopassus, dua unit oleh Denbravo dan Paspampres. Keandalannya sudah teruji dan disertifikasi oleh Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) TNI AD,” buka Budhi Murniawan, Program Manager P6 ATAV, PT SSE.
Unitnya bahkan sudah dilirik oleh angkatan bersenjata negara tetangga. Pembuatannya mulai dari nol, proses rancang bangunnya digarap oleh anak bangsa.
“Termasuk penggunaan software desain tiga dimensi standar industri militer, yang mencakup didalamnya ketahanan balistik, ergonomi, aerodinamika dan sebagainya. Dari desain lalu diwujudkan jadi prototype, kemudian di uji dan disertifikasi, terakhir produksi massal,” tunjuk Budhi.
OTOMOTIF secara eksklusif melihat langsung proses produksi berbagai Ranpur garapan PT SSE. Hanggar kerja PT SSE berlokasi di Jl. Arya Pengasinan, Periuk Jaya, Tangerang, Banten, yang memiliki kapasitas produksi 50 unit ranpur dalam setahun.
Baca Juga : Ranpur Angkut Militer Serba Bisa Dipelopori oleh Inggris tapi yang Paling Laris Justru Produksi Amerika
Di dalam hanggar kerja terdapat peralatan industri, seperti laser plasma cutting, alat las robotic, jalur perakitan rangka dan bodi, oven pengecatan dan area quality control.
PT SSE juga memproduksi berbagai jenis Ranpur untuk berbagai kebutuhan militer. Mulai dari P1, P2, P3, P4, P5 dan P6.
“Seluruh pesanan ranpur dilakukan bisa secara custom, sesuai kebutuhan. Soal spesifikasi kita menyesuaikan. Untuk local content saat ini sudah mencapai 40 persen, termasuk didalamnya desain yang seluruhnya digarap oleh anak bangsa,” sambung pria ramah ini.
Sumber daya manusia yang dilibatkan merupakan tenaga ahli, jebolan industri pertahanan. Diantaranya eks tenaga ahli dari PT IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) atau PT Dirgantara Indonesia.
“Semuanya memiliki sertifikasi, bahkan beberapa tenaga ahli punya sertifikasi internasional sebagai trainer,” bebernya, seraya bilang jumlah karyawan PT SSE sekitar 100 orang.
Baca Juga : Ini Patut Ditiru, Meski Kaya Raya Militer UAE Pilih Beli Ranpur Buatan Dalam Negeri
Source | : | Otomotifnet |
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR