Intisari-Online.com – Tanggal 1 Oktober dikenal sebagai peringatan Hari Kesaktian Pancasila.
Hari ini, tak bisa dilepaskan dari peristiwa Gerakan September Tigapuluh (Gestapu) atau G30S/PKI.
Tragedi yang masih dikenang hingga kini yang menewaskan 6 jenderal dan seroang perwira.
Namun, Gestapu kemudian berhasil ditumpas oleh Pangkostrad Mayjen Soeharto.
Baca Juga : Jadi, Di Manakah Jenderal Soeharto saat Peristiwa G30S Terjadi?
Di masa pemerintahannya lah, di era orde baru, tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila yang juga merupakan hari perkabungan nasional atas mereka yang gugur dalam Gestapu.
Tetapi rupanya, tindakan yang dilakukan oleh Soeharto untuk membersihkan Gestapu adalah inisiatif yang melanggar disiplin hierarki militer.
Soeharto melakukan operasi itu tanpa izin dan perintah dari Bung Karno selaku panglima tertinggi (Pangti) ABRI.
Tapi inisiatif Soeharto dianggap sebagai langkah tepat karena disebut sukses menghindarkan negara dari komunisme meskipun dalam penanganan terhadap orang-orang yang dituduh terlibat PKI menjadi tidak terkendali.
Penanganan anggota PKI seharusnya dilakukan oleh aparat penegak hukum, tanpa melibatkan ormas-ormas sipil.
Bagaimanapun juga, mereka sebenarnya tidak memiliki wewenang untuk “mengadili” warga yang diduga terlibat Gestapu.
Inisiatif Soeharto untuk bertindak tegas dengan cara “mengabaikan” Bung Karno ternyata tidak hanya dilakukan saat G30S meletus tapi juga ketika menangani konflik Indonesia-Malaysia dalam Operasi Dwikora.
Pada pertengahan tahun 1964 konfrontasi Indonesia-Malaysia makin memuncak apalagi setelah pasukan TNI AU menerjukan sekitar 100 pasukan ke wilayah Labis dan Johor nyaris menyulut aksi balasan besar-besaran yang akan dilancarkan oleh Angkatan Udara dan Angkatan Laut Inggris ke wilayah Indonesia, khususnya Jakarta.
Source | : | intisari |
Penulis | : | Masrurroh Ummu Kulsum |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR