Intisari-Online.com - Berdasarkan penelusuran Warta Kota dari berbagai sumber, permusuhan antara Jakmania dan suporter Persib (Bobotoh dan Viking), sebenarnya bermula sejak tahun 2000 atau liga indonesia ke 6.
Ada pula cerita cukup lengkap di situs simamaung.com yang ditulis Eko Maung.
Eko Maung menceritakan secara lengkap bagaimana posisi perseteruan para suporter dimana Jakmania tadinya sama sekali tak dipandang.
Lalu kemudian datanglah Gugun Gondrong dan Sutiyoso yang kemudian membangun fanatisme Jakmania dalam tataran sisi positif.
Baca Juga : Sudah 7 Korban Meninggal Akibat Rivalitas Persib vs Persija, Jangan Ada Lagi Slogan Nyawa Dibalas Nyawa
Inilah tulisan lengkap Eko Maung di simamaung.com berjudul 'Arena Bobotoh: Meluruskan Kekeliruan Sejarah (Viking vs Jakmania)'
Di era teknologi informasi dan semua orang begitu mudah mendapatkan informasi utamanya melalui media-media sosial dan media online, karena diterima secara masiv dan cepat, maka seringkali hal-hal yang sesungguhnya keliru menjadi dianggap benar dan semakin disebarluaskan.
Maka sebelum membahas perseteruan antara kedua kelompok suporter, ada baiknya kita meluruskan persepsi yang belakangan semakin keliru dan mengganggu.
Pertama adalah kekeliruan mengenai sejarah klub itu sendiri, banyak media baru yang menganggap dan meyakinkan banyak orang bahwa PERSIB vs Persija adalah laga klasik, bergengsi yang sejak dulu tak hanya seru didalam lapang namun juga luar lapang dan melibatkan banyak hal termasuk perseteruan suporter semenjak jaman perserikatan.
Baca Juga : Gegara Hal Ini Haringga Ketahuan Mendukung Persija dan Dikeroyok Oknum Bobotoh Hingga Tewas
Kenyataannya adalah: duel klasik yang melibatkan massa besar dan suporter fanatik serta layak disebut musuh bebuyutan bagi PERSIB diera perserikatan adalah laga-laga menghadapi duo ayam, yaitu Ayam Kinantan (PSMS Medan) dan Ayam Jantan Dari Timur (PSM Makasar)+bolehlah kita masukkan juga Persebaya Surabaya sebagai seteru.
Ya!, Bandung, Medan, Surabaya, dan Makasar adalah 4 kota yang dapat kita katakan memiliki tradisi sepakbola yang mengakar, maka tak heran suporter sepakbola ini mencakup 3 generasi (Kakek, Ayah , Anak).
Ini berbeda dengan kota-kota lain yang memiliki suporter yang identik dengan kelompok suporter (biasanya memiliki embel-embel mania dibelakangnya), bisa dipastikan eksistensi suporter jenis ini adalah trend yang menjamur diera pasca kompetisi perserikatan, termasuk Jakmania.
Source | : | Wartakota |
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Aulia Dian Permata |
KOMENTAR