Advertorial

Bukan Hanya Perang Dagang, Memburuknya Ekonomi China Juga Disebabkan Hal Lain

Moh. Habib Asyhad
Tatik Ariyani
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Ketika perang dagang antara Washington dan Beijing meningkat, para analisis memperdebatkan bagaimana tarif akan berdampak pada ekonomi China.
Ketika perang dagang antara Washington dan Beijing meningkat, para analisis memperdebatkan bagaimana tarif akan berdampak pada ekonomi China.

Intisari-Online.com - Ketika perang dagang antara Washington dan Beijing meningkat, para analisis memperdebatkan bagaimana tarif akan berdampak pada ekonomi China.

Beberapa ekonom mengatakan perang tarif antar kedua negara bisa menjadi pukulan beratbagi China, sementara lainnya berpendapat bahwa China akan mampu menghadapi serangan AS.

Para pemerhati ekonomi China mengatakan faktor pendorongdan trenyang mempengaruhi ekonomi terbesar Asia itu berjalan lebih baik, melebihi tarif itu sendiri.

China telah lama bergantung pada investasi insfrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonominya.

Baca Juga : Tak Terima dengan Sanksi yang Diberikan AS, China Panggil Perwakilan AS

Investasi menyumbang 44 persen PDB nominal China pada Desember 2017, dibandingkan sekitar 20 hingga 25 persen untuk negara seperti AS, Jepang dan Jerman.

Investasi aset China memang melambat, dengan pertumbuhan investasi jatuh ke rekor terendah pada bulan Agustus.

Para ekonom termasuk Nicholas Lardy mengatakan untuk tidak terlalu memperhatikan angka yang secara historis rendah.

Hal itu dikarenakan saat ini China sedang memperbaiki cara mengukur investasi aset tetapnya.

Baca Juga : Jadi Idola Dunia Baru, Anthony Sinisuka Ginting Dapat Surat Mengharukan dari Relawan di China Open 2018

Namun, ketika perang dagang meningkat, hal ini tidak akan mudah bagi China.

Ini dikarenakan utang yang meningkat membuat China sulit untuk menggunakan belanja publiknya guna meningkatkan investasinya.

China memiliki tingkat utang yang relatif stabil sampai krisis keuangan tahun 2008, ketika 12,5 persen PDB dihabiskan untukmeningkatkanekonominya.

China mengambil pinjaman untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya, hingga nilai pinjaman tersebut mencapai $ 1,88 triliun (Rp27.961triliun) dalam pinjaman tahun 2016.

Baca Juga : Politisi Ini 95 Kali Ikut Pemilihan dan 95 Kali Pula Telan Kekalahan, Tapi Dia Tetap Nekat Ikut Lagi!

Jumlah utang yang besar memicu kekhawatiran tentang risiko keuangan China.

Hal itu membuat pemerintah berjanji akanmembatasi cepatnya peningkatan utang tahun 2017.

Sejak itu, utang China terhadap PDB terus tumbuh menjadi sekitar 250 persen atau sekitar $ 28 triliun (Rp416.451 triliun) menurut DBS dan CEIC.

Sebenarnya otoritas China telah berusaha mengendalikan utang negara itu, namun ketika perang dagang terjadi berlarut-larut, China nampaknya menggunakan investasi untuk meningkatkan ekonominya lagi.

Tak hanya perang dagang, efek banyaknya populasitua pun turut berkontribusi pada turunnya perekonomian China.

Menurut laporan IMF (Dana Moneter Internasional) 2017, tren demografi dapat mengurangi 0,5 hingga 1 poin presentase dari pertumbuhan PDB tahunan selama 3 dekade berikutnya.

Hal ini terjadi negara-negara pasca-dividen seperti China dan Jepang.

Baca Juga : Ini 6 Tanda Tubuh Kita Telah Mengonsumsi Garam Terlalu Banyak

Artikel Terkait