Advertorial
Intisari-Online.com - Menurut sumber yang tahu langsung dari laporan intelijen terkait, Turki sedang dalam proses membangun sebuah sistem rudal Rusia meskipun Amerika Serikat telah memperingatkan untuk tidak membelinya.
Sebulan yang lalu, gambar satelit memperlihatkan fasilitas peluncuran serta bunker yang sedang dibangun dan konstruksi tersebut cocok dengan pola untuk sistem rudal S-400 darat dan udara.
Tahun lalu, Ankara menandatangani perjanjian dengan Moskow untuk rudal S-400 yangbernilai $ 2,5 miliar (Rp37,4triliun).
Sejak itu, pengadaan sistem rudal Rusia oleh Turki menimbulkan kekhawatiran di kalangan mitra NATO, yang waspada terhadap kehadiran militer Moskow yang meningkat di kawasan itu.
Baca Juga : Israel Ledakkan 5 Pesawat Mig-21 Soviet dalam 3 Menit, Mesir Terbitkan Larangan Tertawa, Ini Kisahnya
Sistem rudal S-400 diyakini memiliki jangkauan yang lebih besar daripada sistem rudal THAAD buatan Amerika dan diperkirakan harganya jauh lebih murah.
Turki dijadwalkan menerima S-400 tahun depan dan diperkirakan memiliki sistem siap perang pada 2020.
Semua itu terjadi ketika Kongres semakin dekat dengan pemblokirandua jet F-35 ke Turki.
Turki sebagai mitra program S-35, sebelumnya dijadwalkan untuk menerima dua jet F-35.
Baca Juga : Film The Nun Dirilis, Ini 7 Meme Valak yang Dijamin Bikin Anda Ngakak!
Pada bulan Juni, raksasa pertahanan AS mengadakan upacara penyerahan resmi di fasilitas F-35 di Fort Worth, Texas.
Setelah upacara, pesawat dibawa ke Pangkalan Angkatan Udara Luke di Arizona.
Sistem rudal S-400 buatan Rusia, yang dilengkapi dengan delapan peluncur dan 32 rudal, mampu menargetkan pesawat tempur siluman seperti pesawatt tempur F-35.
Dalam Undang-undang Otoritas Pertahanan Nasional sebesar $ 717 miliar, Kongres menugaskan Pentagon dalam waktu 90 hari untuk menguraikan potensi risiko atas pembelian sistem rudal S-400 oleh Turki.
Baca Juga : Xiaomi Luncurkan Redmi 6 dan Redmi 6A, Bagaimana Nasib Redmi 5 dan Redmi 5A?
Ketika ditanya tentang penjualan F-35 ke Turki, Menteri Pertahanan James Mattis mengatakan bahwa mereka akan berdiskusi untuk menyelesaikan masalah ini.
James percaya bahwa kedua negara sedang mencoba untuk menyelesaikan masalah.
Telebih lagi ketegangan antara AS dan Ankara telah meningkat setelah penahanan pendeta Amerika, Andrew Brunson.
Pada bulan Agustus, Departemen Keuangan mengeluarkan sanksi kepada menteri-menteri Keadilan dan Interior Turki karena penangkapan dan penahanan Brunson tersebut.
Perihaltersebut diunggah Trump dan Wakil Presiden Mike Pence pada twitter.
Tweet tersebut memicu respon marah dari Ankara dan meningkatkan ketegangan antara kedua negara.
Seorang juru bicara Erdogan mengatakan bahwa pada Agustus, Ankara akan membalas sanksi AS.