Advertorial
Intisari-Online.com- Pada akhir 218 SM, Hannibal Barca memimpin pasukan Kartago di atas Pegunungan Alpen untuk menyerang Kekaisaran Romawi.
Dalam Perang Punisia Kedua, ini adalah yang paling dramatis.
Yakni saat Romawi yang tengah berkembang berada pada titik ambang kehancurannya karena bencana serangan militer.
Dalam peperangan sejauh ini, orang-orang Romawi telah kecewa kepada para jenderal mereka yang dipukul mundur oleh Hannibal.
Baca Juga:Menteri Keuangan Malaysia Dituduh Korupsi, Menteri Keuangan Indonesia Malah Banyak Prestasi
Namun, ada masanya ketika komandan baru melangkah ke depan untuk menyelamatkan Roma dari kehancuran.
Salah satunya adalah Quintus Fabius Maximus.
Fabius si Penghambat
Lahir sekitar tahun 275 SM, Quintus Fabius Maximus berusia sekitar lima puluhan ketika bangsa Kartago menyerbu.
Baca Juga:Pengalaman Bambang Hartono Bermain Bridge, Pernah Ketiduran Saat Laga Final Hingga Dibangunkan Lawan
Seperti kebanyakan aristokrat Romawi, ia pernah bertugas di militer dan bertempur dalam Perang Punisia Pertama.
Dia juga merupakan salah satu dari dua konsul Roma (pemimpin militer dan politik kota) dalam dua kesempatan terpisah, pada 233 dan 228.
Setelah bencana sebelumnya, tidak ada konsul tersedia untuk memimpin tentara pada tahun 217.
Baca Juga:Banyak yang Salah Kira, Hartono Mall Bukan Milik Keluarga Djarum tapi Pengusaha Sukses Asal Solo
Karena itu, bangsawan Roma memutuskan bahwa untuk sementara mereka perlu menunjuk seorang diktator, seorang pejabat dengan kepemimpinan militer dan politik tertinggi.
Sebuah pertemuan pun dilakukan dan akhirnya keputusan dihasilkan untuk memilih Fabius dengan Marcus Minucius Rufus sebagai wakilnya.
Fabius memulai pekerjaan militernya dengan menopang pertahanan Roma.
Dia memastikan jalur pasokan militer, dan membentuk dua legiun baru.
Baca Juga:Narkoba Paling Mengerikan di Dunia Itu Bernama Kecubung, Bukan Kokain!
Dia mendekati tentara Hannibal tetapi menolak untuk terlibat dalam pertempuran.
Ketika orang-orang Kartago bergerak, dia membayangi mereka, dengan hati-hati memilih rutenya tersendiri.
Sehingga, Fabius akan mendapat keuntungan dari tanah jika Hannibal diserang.
Kampanye manuver ini memberi pengalaman militer untuk bekerja sama.
Baca Juga:Diambil 100 Tahun Lalu, Seperti Inilah Potret Suku Kwakiutl yang Cerdik Itu
Namun bagaimanapun juga, Fabius harus bertarung menyerang Kartago.
Fabius kemudian pindah ke celah dengan mengambil posisi defensif yang kuat, dia berharap untuk memaksa pertempuran dengan caranya sendiri.
Tapi dia dikalahkan oleh Hannibal, yang mengendarai kawanan gajah dengan obor di tanduk-tanduknya.
Reputasi Fabius rusak dan pada akhir kekuasaannya selama enam bulan sebagai diktator, dia meninggalkan kedudukannya dan kembali ke Roma.
Meski begitu, Fabius telah membuat Legiun Romawi lebih maju daripada sebelumnya hingga jabatannya diganti oleh Marcus Claudius Marcellus.
Baca Juga:Kisah Nero: Kaisar Romawi yang Gila Kemewahan, Tirani, namun Mengakhiri Hidupnya dengan Bunuh Diri