Intisari-Online.com -Uji coba penembakkan rudal balistik Korea Utara yang jatuh pada jarak 60 km dari perbatasan Rusia telah memantik reaksi Presiden Rusia.
Vladimir Putin pun langsung turun tangan.
(Baca juga:Menyeramkan! Pesawat Kiriman CIA Ini Sering Terbang di Langit Indonesia Tanpa Pernah Terdeteksi)
Putin mengecam uji coba penembakkan rudal balistik Korut itu karena sangat membahayakan wilayah negara lain seperti Jepang dan juga Rusia.
Tapi sebagai negara yang selama ini menjalin kerja sama ekonomi dengan Korut, Putin juga menyarankan agar militer AS dan sekutunya menghentikan intimidasi terhadap Korut.
Putin menilai manuver militer yang telah dilakukan oleh AS, Korsel, dan Jepang telah memancing Korut untuk melakukan uji penembakkan rudal balistik.
Rudal balistik Korut yang pada hari minggu (14/5) melesat pada ketinggian lebih dari 2000 km, meluncur sejauh 787 km dan selanjutnya jatuh di perairan Laut Jepang.
Namun AS menolak komentar Putin bahwa Korut meluncurkan rudal balistik karena pengaruh intimidasi.
AS justru menilai, Korut sengaja meluncurkan rudal balistik yang jatuh dekat perbatasan Rusia agar pihak Kremlin bereaksi.
(Baca juga:Perang Semakin Dekat: Untuk Tangkis Rudal Balistik Korut, AS Kerahkan Kapal Perang Antirudal ke Korsel)
Rusia merupakan sedikit dari negara-negara di dunia yang memiliki hubungan diplomatik dengan Korut.
Salah satu kerja sama ekonomi antara Rusia dan Korut adalah lebih dari 50 ribu warga Korut telah bekerja di Rusia untuk menangani pekerjaan yang bersifat manual.
Peluncuran rudal Korut memang membuat Rusia bereaksi dan secara politis terkesan “membela” Korut.
Sikap Rusia itu penting bagi Korut karena jika terjadi peperangan melawan AS dan sekutunya, tampaknya Rusia akan membela Korut.
Seperti dalam Perang Korea (1950-1953), selain dibantu China, Korut yang saat itu bertempur melawan pasukan AS-Korsel dan sekutunya, juga dibantu oleh Rusia.