Jangan Pernah Menceritakan Mimpi kepada Orang Lain, Ini Alasan Ilmiahnya

Moh Habib Asyhad

Editor

Ternyata, Kita Bisa Mengontrol Mimpi!
Ternyata, Kita Bisa Mengontrol Mimpi!

Intisari-Online.com -Temuan baru seorang profesor di Institute of Cognitive Science, Carleton University, bernama Jim Davis, ini akan membuat kita sangat terkejut.

Pada dasarnya temuan itu mengingatkan kepada kita untuk jangan pernah menceritakan mimpi kita kepada orang lain. Ia pun punya alasan ilmiahnya.

(Baca juga:Misteri Mimpi: Refleksi Kehidupan Sehari-hari dan Pertanda untuk Masa Depan)

Mula-mula, melalui penelitiannya, Jim memaparkan dua teori mengapa kita bermimpi dan mengapa mimpi itu terasa begitu menarik untuk diceritakan.

Yang pertama, teori aktivasi-sintesis yang berkata bahwa mimpi merupakan interpretasi dari aktivitas acak syaraf tulang belakang dan otak kecil oleh otak depan kita.

Terkadang informasi tersebut bisa kacau dan menyebabkan mimpi Anda menjadi sangat aneh.

Teori ini juga mendukung adanya interpretasi emosi melalui mimpi. Contohnya adalah ketika Anda mendapat mimpi buruk ketika sedang merasa khawatir di dunia nyata.

Bukannya merasa khawatir karena mimpi buruk tersebut, kekhawatiran justru membuat Anda bermimpi buruk

Teori kedua adalah mimpi sebagai persiapan untuk menghadapi situasi yang mengancam.

Jim bilang, ada beberapa bukti yang menguatkan teori ini, misalnya emosi mimpi yang biasanya negatif dan topik mimpi yang berkutat pada ancaman nenek moyang seperti jatuh, dikejar, bencana alam, dan lain-lain.

“Elemen-elemen menakutkan ini lebih banyak terlihat dalam mimpi daripada kehidupan sehari-hari. Banyak orang bermimpi dikejar hewan, tetapi seberapa seringkah hal ini terjadi di dunia nyata?” ujar Jim.

(Baca juga:Jangan Sembarangan Membuang Mimpi karena Itu Sama Artinya dengan Membuang Harta)

Lalu kenapa kita suka menceritakan mimpi kita kepada orang lain?

Menurut Jim, salah satu alasannya adalah kepercayaan bahwa dua kepala lebih baik daripada satu ketika menghadapi suatu masalah, termasuk yang Anda lihat di dalam mimpi.

Melalui diskusi, Anda secara tidak langsung berusaha untuk mempersiapkan diri bila menghadapi situasi serupa di dunia nyata.

Bias negativitas juga berpengaruh dalam hal ini.

Manusia memang secara alamiah akan lebih perhatian terhadap hal-hal yang negatif dan berbahaya.

Oleh karena itu, mimpi yang biasanya berisi informasi negatif terasa lebih penting dari yang seharusnya.

Alasan lainnya adalah tingkat emosi dalam mimpi.

“Karena mimpi begitu emosional, mereka terasa begitu penting bagi orang yang mengalami. Namun, orang yang sekadar mendengarnya dan tidak merasakan emosinya akan kesulitan untuk mengerti,” ucap Jim.

Sebagai contoh adalah mimpi jatuh dari tangga.

Bagi kita yang melihatnya sendiri dalam mimpi, pengalaman tersebut sangat menakutkan.

(Baca juga:Menurut Kepercayaan Gunung Merapi Itu Ditunggui oleh 9 Makhluk Halus, Siapa Saja Mereka?)

Namun, orang lain yang tidak merasakannya bisa menganggap ketakutan Anda terhadap mimpi tersebut konyol.

Dan oleh karena itu, mimpi sebaiknya tidak dibicarakan kepada orang lain. Walaupun mimpi tesebut terasa penting dan menarik bagi Anda, mereka akan terasa membosankan bagi orang lain yang mendengarnya.

Artikel Terkait