Meniru Kreativitas Bojonegoro: Atap Gedung Pemda yang Jadi Objek Wisata

Ade Sulaeman

Editor

Taman atap Pemda Bojonegoro
Taman atap Pemda Bojonegoro

Intisari-Online.com - Pariwisata merupakan sektor yang prospektif dengan kenaikan realisasi investasi relatif cukup besar.

Kenaikan ini didukung dengan rencana pemerintah merevisi Perpres 39 tahun 2014 mengenai bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka untuk penanaman modal.

(Baca juga: Bukan Nilai Sejarah atau Keindahannya, Kini Tempat Wisata Dipilih Menurut Ke-‘Instagramable’-annya)

Tak heran jika objek-objek wisata di daerah mulai bermunculan. Apalagi didukung dengan maraknya media sosial.

Nah, apa yang dilakukan Pemda Bojonegoro ini bisa ditiru daerah lain.

Taman atap Pemda Bojonegoro
Sebagai daerah migas, Bojonegoro sudah memiliki objek wisata penambangan minyak tradisional Wonocolo. Juga Museum Migas.

Namun, bisa jadi objek yang ada belum bisa memenuhi kerinduan warga akan tempat rekreasi. Maka disulaplah atap gedung Pemda menjadi sebuah taman.

(Baca juga: Wisata ke Surabaya, Bisa Lihat Patung Raksasa Berseragam Tentara)

Dengan ketinggian sekitar 55 m, dari atap ini kita bisa melihat sudut-sudut Bojonegoro yang memiliki luas 74,733 kilometer persegi.

Dari atap gedung tampak jelas alur Bengawan Solo yang meliuk-liuk. Dengan demikian, tempat itu sekaligus bisa digunakan untuk memantau saat Bengawan Solo meluap.

Dari atap ini juga terlihat perbukitan Wonocolo, kawasan sumur tua yang dimanfaatkan para petambang tradisional.

Upaya mendekatkan masyarakat

Selasa (25/4/2017) sore, empat remaja putri telentang beradu kepala di atas rumput sintetis yang basah sehabis diguyur hujan.

Bagian kaki mereka mewakili empat penjuru mata angin. Sementara itu, seorang remaja putra mengabadikan mereka lewat video dan foto.

(Baca juga: Tragis! Selfie dengan Ular Kobra, Wisatawan Ini Malah Digigit dan 1 Jam Kemudian Meninggal Dunia)

Kemudian, keempat remaja putri itu ambil posisi telungkup sejajar menghadap ke barat dengan kaki digerak-gerakkan. Temannya pun memotret dan merekam.

Kesan yang tertangkap dalam foto dan video, para remaja itu terbang bersama atau bergerak seperti ikan berenang di ketinggian.

Di sudut yang lain, sejumlah remaja berfoto dengan latar belakang Bengawan Solo. Mereka menantikan momentum matahari terbenam.

Temannya membidik mereka dari bawah saat para remaja itu melompat. Hasilnya, seolah-olah mereka terbang di langit Bojonegoro.

Gedung Pemkab Bojonegoro itu telah dibangun empat tahun lalu dengan biaya Rp92 miliar. Namun, taman sebagai destinasi wisata baru ada Desember lalu.

Sejak itu, baik foto maupun video blog (vlog) anak-anak muda yang bergaya berada di "langit ketujuh" Bojonegoro bertebaran di Instagram, Youtube, Facebook, Twitter, WhatsApp, Line, dan Blackberry Messenger (BBM).

Hal itu mendorong remaja lain untuk berfoto dan berswafoto di tempat itu. "Saya mau mencoba juga, Pak. Masak cuma teman-teman saya yang mengunggah di medsos (media sosial)," kata Bilqis Sheila (18), remaja dari Sumberrejo, Bojonegoro, dikutip Kompas.

Bupati Bojonegoro Suyoto mengatakan, gedung yang digunakan sebagai kantor Pemkab itu memang lantai atasnya dibuka untuk umum. Hal itu juga sebagai upaya mendekatkan pemerintah dengan warganya.

Di lantai atap gedung dipasang rumput sintesis. Di sekeliling lapangan rumput ditaruh bunga-bunga. Sayang, sebagian bunga mati karena tidak dirawat. Toilet di lantai itu juga tampak jorok.

Buka tiap hari kerja

Karena gedung tersebut merupakan kantor pemerintahan, bagaimana prosedur untuk masuk ke taman itu?

Ruri (23), yang juga berasal dari Kecamatan Sumberrejo termasuk salah satu remaja yang mengaku tidak tahu harus bertanya kepada siapa jika ingin berfoto di atas gedung pemkab.

"Ya pingin saja naik foto-foto, pemandangannya bagus, tapi bingung gak berani ke sana," ungkapnya.

Kabag Humas dan Protokoler Pemkab Bojonegoro Heru Sugiharto kepada beritabojonegoro.com, mengatakan, bagi masyarakat yang ingin sekedar naik ke atas lantai 8 dan berfoto sebenarnya diperbolehkan.

Pemkab Bojonegoro sangat terbuka, masyarakat bisa meminta izin kepada petugas Satpol PP yang berjaga di pintu sebelah selatan.

"Dipersilahkan, tinggal izin satpol PP nanti ditunjukkan. Syaratnya berpakaian rapi, minimal bersepatu," kata Heru.

Masyarakat bisa datang setiap hari kerja, yaitu Senin sampai Jumat. Jika Sabtu dan Minggu libur. Heru mengungkapkan, selama ini juga banyak yang sudah ke sana, baik sendiri maupun rombongan.

Untuk menjaga keamanan pengunjung taman atap, di tepi atap gedung dipasang pagar berwana hitam agar tidak dilewati oleh pengunjung.

Di samping pagar juga dihiasi dengan tanaman-tanaman hijau sehingga menambah suasana alami.

Di sisi sebelah utara jika kita berfoto, maka akan terdapat latar pemandangan aliran Sungai Bengawan Solo.

Terlebih saat musim hujan seperti sekarang, Tinggi Muka Air (TMA) Bengawan Solo yang sedang naik akan menambah keindahan pemandangan.

Di sebelah barat akan terlihat pemandangan Alun-Alun dari atas, masjid Agung Darussalam Bojonegoro. Saat sore hari, jika cuaca cerah, kita juga bisa melihat matahari terbenam dari sana.

Selain itu, pemandangan Kota Bojonegoro dari atas memang terlihat menarik dikarenakan belum banyaknya bangunan tinggi di dalam Kota Bojonegoro.

Masih banyak pohon-pohon hijau sejauh mata memandang dari atas gedung.

Nah, siapa mau meniru Pemda Bojonegoro ini?

Artikel Terkait