Intisari-Online.com – Pada sebuah desa, hiduplah seorang ibu dengan dua anaknya. Ibu ini sangat terkenal di seluruh desa sebab ia begitu rajin.
Setiap hari ibu ini akan mencuci baju, memasak kue untuk dijual, dan menjahit kain-kain yang indah. Semua orang yang mengenal ibu ini akan mengatakan bahwa ibu itu merupakan orang paling rajin di dunia.
Ibu tersebut memiliki dua anak gadis yang tinggal bersamanya. Dua anak ini malas, tidak seperti ibunya. Jadi, setiap hari mereka selalu emnggerutu ketika diajari memasak dan menjahit.
Hal yang paling tidak mereka sukai adalah mencuci baju dan membersihkan rumah karena baju mereka akan menjadi basah dan kotor. Dua anak malas ini lebih senang tidur dan bersantai-santai saja sepanjang hari.
(Baca juga - Bunga Cantik Kesayangan Ibuku)
Setiap hari, sang ibu akan membangunkan anaknya ketika ayam jantan sudah berkokok. Ibu ini akan langsung menyuruh mereka menata kamar, membersihkan rumah, dan membuat adonan roti.
“Bangun, bangun! Tidakkah kalian dengan ayam sudah berkokok? Matahari akan segera terbit dan tidak seorang pun di rumah ini yang masih boleh berada di kasur ketika matahari sudah terlihat!” begitulah ujar sang ibu setiap hari.
Dua gadis ini selalu mengantuk dan malas bangun pagi hari. Namun, mau tak mau mereka beranjak bangun untuk mengerjakan berbagai pekerjaan rumah. Jika tidak, sang ibu akan memarahi mereka.
Salah satu rutinitas harian mereka adalah memberi makan hewan ternak. Mereka punya ayam, sapi, dan kambing yang diambil telur, susu, dan wolnya. Setiap pagi, hewan-hewan ini harus diberi makan.
Suatu pagi, ketika sedang memberi makan ayam, sang ibu masuk ke kandang dan berkata, “Berilah makan yang banyak ke ayam itu! Jika bukan karena dia, kita tak tahu kapan waktunya untuk bangun pagi!”
Mendengar perkataan itu, dua gadis ini menjadi sebal. Setiap pagi, justru suara ayam itulah yang mengganggu tidur mereka. Jika tak ada ayam ini, tentu mereka bisa tidur nyenyak!
(Baca juga - Dua Cerita Tentang Sebatang Rokok)
Keesokan harinya, ayam itu bahkan berkokok lebih pagi dari biasanya! Dua gadis ini makin sebal pada sang ayam. Belum lagi, ibu mereka tampaknya justru senang ketika mereka dibangunkan lebih pagi.
Sambil bersungut-sungut, sepanjang hari mereka bekerja sambil mencari ide untuk menyingkirkan ayam tersebut. Mereka sudah muak dan tak mau lagi diganggu olehnya.
Tiba-tiba saat memberi makan sang ayam, dua gadis ini mendapatkan ide. Mereka memutuskan untuk membunuh ayam itu. Tanpa sang ayam, mereka tak perlu diingatkan untuk bangun pagi lagi!
Mereka berdua kemudian membuat rencana. Keesokan harinya, mereka menunggu ibunya pergi membawa kue untuk dijual.
Setelah sang ibu hilang dari pandangan, dua gadis ini menyelinap ke kandang sang ayam dan membunuh hewan malang tersebut.
Diliputi rasa senang sekaligus takut, dua gadis ini mengubur ayam tersebut dan bergegas-gegas kembali mengerjakan tugas rumah yang lain.
Saat sampai di rumah, sang ibu mencari-cari ayam kesayangannya. Namun, ayam tersebut sudah hilang. Ibu ini hanya bisa bersedih dan mencari-cari ayam yang telah mati tersebut.
Dua gadis itu pun merasa puas. Malam harinya, mereka tidur nyenyak dengan pikiran kelak besok tak perlu lagi bangun pagi.
Di luar dugaan, ketika hari masih sangat gelap, mungkin masih tengah malam atau subuh, sang ibu sudah membangunkan mereka.
(Baca juga - Anak-anak Lebih Bijaksana daripada Orang Tua)
“Bangun! Bangun! Setelah sang ayam tak ada, kita tak tahu kapan matahari akan terbit! Jadi kita harus bangun seawal mungkin agar tidak terlambat!” begitu ujar sang ibu.
Sejak saat itu, sang ibu selalu membangunkan mereka sangat awal. Ketika hari masih gelap, mereka sudah harus membuat adonan kue dan membersihkan rumah.
Penderitaan mereka justru makin besar setelah sang ayam tiada. Dua gadis ini pun menyesal telah membunuh ayam yang sesungguhnya selama ini memperpanjang waktu tidur mereka.