Advertorial

Sering Dianggap Asli Indonesia, Lomba Panjat Pinang Ternyata Produk 'Impor'

Intisari Online
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Intisari-Online.com -Pernah menonton sinteron Para Pencari Tuhan yang diproduksi oleh Deddy Mizwar?

Dalam sinetron ketika ingin membuat acara 17 Agustusan ada yang mengusulkan lomba panjat pinang. Namun dengan tegas lomba ini ditolak.

Padahal di tengah masyarakat Indonesia, lomba panjat pinang adalah salah satu lomba wajib ada.

Baca juga:Peringatan Salah Satu Bank Terbesar di Dunia: Bumi Akan Kehabisan Sumber Daya untuk Mempertahankan Kehidupan

Ternyata di balik penolakkan itu ada sejarah di dalamnya.

Lomba panjat pinang ternyata sudah ada sejak era Belanda menjajah Indonesia.

Di Belanda, lomba ini disebutDe Klimmastyang berarti panjang tiang.

Jika Indonesia menggelar lomba panjat pinang pada tanggal 17 Agustus, berbeda dengan Belanda yang menggelarnya pada 31 Agustus.

Baca juga:Per Juli 2018, Utang Pemerintah Rp4.253 Triliun Sementara APBN Defisit Rp151,3 Triliun

Tanggal 31 Agustus pada era zaman itu bertepatan dengan ulang tahun sang ratu Belanda, Ratu Wihelmina.Namun nyatanya di Belanda lomba panjat pinang tidak hanya digelar untuk ulang tahun sang ratu saja.

Tapi juga ketika merayakan hari besar lainnya seperti hari besar negara bahkan setiap pesta pernikahan.

Baca juga:Dari Kerajaan Ubur-ubur Hingga Gerbang Surga, Inilah 5 Sekte Teraneh yang Pernah Ada

Sejatinya lomba panjat pinang ini diperuntukan bagi kaum pribumi saja.

Mereka akan berlomba memanjat dan menangkap hadiah yang berada di atas.

Seperti makanan dan pakaian, benda-benda yang masih mewah untuk kalangan pribumi.

Sementara orang elit Belanda akan menontonnya sambil tertawa. Hal inilah yang memancing pro dan kontra di masyarakat.

Masyarakat yang kontra akan beranggapan ini melukai nilai-nilai kehidupan masyarakat.

Yang satu berjuang mendapatkan makanan, yang satu tertawa melihatnya.

Belum lagi ini merupakan tradisi Belanda, negara yang pernah menjajah Indonesia selama 3,5 abad.

Tapi disatu sisi, pronya adalah lomba ini juga mampu mengukuhkan rasa saling gotong-royong antar masyarakat.

Saling membantu dan pantang menyerah. Hal yang harusnya memang dilakukan masyarakat Indonesia.

Apalagi lomba panjat pinang ini sudah mendarah daging di masyarakat Indonesia. Unik dan menyenangkan.

Hanya dilakukan sekali dalam setahun yaitu ketika Indonesia merayakan Hari Proklamasinya tanggal 17 Agustus. Jadi apapun sejarahnya, sebaiknya diambil hikmah dari lomba panjat pinang ini. (Mentari Desiani Pramudita)

Baca juga:Demi Habisi Pasukan Nazi, Sniper Wanita Rusia Harus ‘Tidur’ Bersama Mayat Selama Berhari-hari

Artikel Terkait