Intisari-Online.com – Luka pada dasarnyamudah terpapar kuman atau mikroba lain seperti jamur. Namun,tergantung dari kesehatan kulit itu sendiri, luka biasanya sembuh tanpa perlu banyak diperhatikan. Artinya, akan terbentuk kulit baru yang nantinya akan menutupi permukaan kulit yang terluka secara sempurna. Kok bisa?
Nah, hal itu dikarenakan tubuh yang sehat mempunyai mekanisme regenerasi luka sangat baik, yakni membentuk jaringan granulasi yang kemudian ditutup dengan jaringan epitel. Namun, kalau dipengaruhi penyakit seperti diabetes, atau lanjut usia, kulit tak lagi sehat dan lentur sehingga penyembuhan luka terganggu.
(Inilah Alasn Mengapa Jarang Sekali Orang Memiliki Golongan Darah AB)
Lalu, bagaimana cara mengatasi luka yang benar?
Menurut ahli, luka baru terutama yang kotor, sebaiknya dibersihkan dengan air dan sabun. Kemudian segera bersihkan dengan kain bersin, bukan tisu. Sebabnya serpihan tisu atau bahan apa saja yang menempel di atas luka dapat menjadi tempat kuman berkembang biak. Akibatnya menghalangi tumbuhnya jaringan granulasi.
Bila luka hanya berada di permukaan dan terdapat di bagia tubuh yang tidak bergerak, kadang kala ada baiknya untuk membiarkan luka terbuka. Hal ini akan membuat penyembuhan luka jadi lebih cepat. Nah, antiseptik atau salep antibiotik sering tidak diperlukan kalau lukanya bersih.
Namun, kalau lukanya dalam atau kotor sebaiknya ditutup dengan kasa steril. Membersihkannya dengan air dan sabun juga dianjurkan, bila lukanya kotor dan baru terjadi. Perdarahan sebaiknya dihentikan dengan cara menekan di tempat darah keluar dengan menggunakan kain kasa (steril bila ada) dan baru dilepas bila perdarahan sudah berhenti.
Menggunakan antiseptik untuk luka segar memang dapat dibenarkan untuk membunuh kuman yang ada. Sering juga banyak orang menggunakan salep antibiotik. Namun, sebaiknya tidak perlu dilakukan pada tiap luka untuk menghindarkan timbulnya kekebalan kuman.
Dulu kita memakai “obat merah” berisi larutan merkurokrom yang dapat membuat luka (basah) menjadi kering. Mungkin, satu kali pemberian sudah cukup. Sayangnya, kini merkurokrom tidak dibenarkan lagi karena mengandung senyawa merkuri organik yag dianggap sangat toksis terhadap otak.
Bila dipakai sedikit saja tidak masalah. Cuma bila sering dipakai untuk permukaan luas, dikhawatirkan sifat toksis akan menumpuk. Sama halnya dengan boorwater yang juga sudah tidak dibenarkan lagi untuk mencuci luka atau mata (atau sebagai zat pengawet makanan). Penyebabnya kandungan garam borium yang toksis terhadap saraf. Jadi harus bagaimana?
Nah, luka basah sebaiknya dikompres dengan larutan permangan (larutan 1 per 10.000) atau rivanol (larutan 1 per 1.000). Ingat, gunakan kain kasa, bukannya kapas. Norit juga sering dianjurkan untuk ditaburkan di luka kronis basah, mengandung nanah, dan sulit sembuh.
Untuk itu sebaiknya gunakan bubuk norit halus bersih dari botol. Bukannya dari gerusan tablet. Luka kronis perlu dibersihkan setiap hari dan jaringan mati perlu dibuang.