Advertorial

Bisa Menyelam Hingga Kedalaman 70 Meter, Inilah yang Membedakan Suku Bajau Dengan Suku Lainnya

Mentari DP
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Suku Bajau makan-makanan laut. Dan untuk mengumpulkan makanan tersebut, mereka menghabiskan 60% hari mereka di bawah air.
Suku Bajau makan-makanan laut. Dan untuk mengumpulkan makanan tersebut, mereka menghabiskan 60% hari mereka di bawah air.

Intisari-Online.com – Suku Bajau adalah suku yang menghabiskan hampir seluruh hidup mereka di laut.

Asal suku Bajau adalah Kepulauan Sulu, Filipina Selatan. Tapi mereka bermigrasi ke utara Kalimantan dan memasuki pesisir Kalimantan Timur hingga Kalimantan Selatan.

Berbeda dengan suku pada umumnya yang tinggal di daratan, suku Bajau tinggal di atas perahu atau gubuk yang bertengger di atas terumbu karang yang dangkal.

Dengan cara hidup seperti itulah mereka bisa bermigrasi dari satu tempat ke tempat lainnya.

Baca juga:Tsunami, 'Anak Bungsu' Gempa Bumi yang Lahir Sebagai Pembawa Bencana, Ini Dua Pertandanya

Untuk bertahan hidup, suku Bajau makan-makanan laut. Dan untuk mengumpulkan makanan tersebut, mereka menghabiskan 60% hari mereka di bawah air.

Tidak mengherankan, kemampuan menyelam mereka sangat luar biasa.

Mereka kadang-kadang menyelam lebih dari 70 meter dan dapat bertahan hingga lima menit dengan tidak menggunakan alat selam.

Karena orang Bajau telah hidup seperti ini untuk waktu yang lama (bukti sejarah menunjukkan setidaknya 1.000 tahun), banyak peneliti berspekulasi bahwa mereka membawa sifat-sifat genetik yang menyesuaikan mereka dengan gaya hidup mereka yang luar biasa.

Salah satu peneliti yang melakukan penelitian tentang suku Bajau adalah Melissa Ilardo dan Rasmus Nielsen dari University of California, Berkeley.

Menurut mereka, ketika seseorang membenamkan wajahnya dengan air dingin, dia harus menahan napasnya. Kebiasaan ini dikenal sebagai respons menyelam.

Selain itu, aksi ini juga melibatkan penurunan denyut jantung untuk menghemat oksigen; pengarahan darah dari jaringan permukaan ke organ-organ yang paling peka oksigen, seperti otak, jantung dan paru-paru; dan kontraksi limpa, organ yang bertindak sebagai cadangan darurat sel darah merah beroksigen, sehingga peningkatan pasokan sel-sel ini dilepaskan ke dalam aliran darah.

Baca juga:Belilah Hewan Kurban yang Diberi Kalung Sehat Jika Tak Ingin Terjangkit Penyakit Mematikan Ini

Nah, demi melihat apakah spekulasi mereka benar, Ilardo dan Dr Nielsen memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Indonesia.

Mereka lalu merekrut 59 warga syky Bajau yang bersedia memberikan sampel ludahnya untuk analisis DNA dan juga limpa mereka diukur secara ultrasonik.

Untuk bertindak sebagai kontrol, ia juga merekrut 34 anggota Saluan, sekelompok orang yang sangat dekat dengan tetangga Bajau.

Hasilnya menunjukkan bahwa orang suku Bajau 50% memiliki limpa yang lebih besar daripada Saluan.

Ini menunjukkan bahwa hal penelitian tersebut adalah silsilah Bajau. Di mana kemampuan menyelam suku Bajau dikarenakan mereka memiliki limpa yang lebih besar.

Perubahan gen tersebut dikarenakan mereka melakukan penyelaman ekstrem.

Ketika mereka melakukan penyelaman ekstrem, gen yang bertanggung jawab untuk produksi karbonat anhidrase, enzim yang memperlambat pembentukan karbon dioksida dalam aliran darah.

Pada akhirnya itu berpengaruh pada kontraksi otot di sekitar limpa.

Baca juga:Meski Berusia 3000 Tahun, Pedang dari Zaman Perunggu Ini Ditemukan dalam Kondisi Masih Tajam

Artikel Terkait