Intisari-Online.com - Bak makhluk hidup, gempa punya anak-anak. Mereka adalah tanah longsor, tanah merekah, hingga tsunami.
Jika kedua anak pertama mudah muncul tak lama setelah sang induk mengguncang, lain dengan si bungsu. Tsunami baru 'lahir' dan menyerang jika sejumlah syarat terpenuhi.
Tsu berarti pelabuhan, sementara nami berarti gelombang. Dalam khasanah kata-kata Jepang, tsunami berarti gelombang laut mahadahsyat yang menghantam pelabuhan atau dataran di Jepang.
Karena ombak raksasa ini juga pernah menerjang beberapa wilayah di dunia, nama ini pun populer di seantero dunia.
Baca juga: Sudah Diramal Sejak Zaman Aristotles, Datangnya Gempa Bumi Memang Tidak Bisa Diperkirakan
Sejak tahun 1600-an Sebelum Masehi konon sudah 2.000-an kali tsunami menyerang berbagai pantai di berbagai negara.
Pangkal penyebabnya adalah rekahan di dasar laut. Bisa oleh karena penunjaman atau subduksi lempeng, pergerakan patahan, letusan gunung api di dasar laut, dan tumbukan benda ruang angkasa.
Untuk bisa menimbulkan tsunami, rekahan ini harus sangat lebar dan panjang.
Intinya adalah ketika rekahan dasar laut itu tiba-tiba terjadi, air laut dalam volume besar akan tersedot ke dasar rekahan.
Baca juga: UPDATE: Gempa di Lombok 7,0 SR, BMKG Cabut Peringatan Dini Potensi Tsunami
Namun, karena permukaan laut akan segera menemui ketinggian normalnya kembali, air di sekitarnya dalam volume besar akan mengisi penurunan permukaan tersebut.
Proses harmonisasi kembali secara tiba-tiba itulah yang menciptakan efek gelombang ekstrem yang biasa disebut tsunami.
Jika rekahan itu terjadi dekat daratan, akibatnya tentu bisa dibayangkan.
Source | : | dari berbagai sumber,Majalah Angkasa |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR