Intisari-Online.com -Benar belaka kata orang, pada banyak kasus, penjahat selalu punya cara untuk melancarkan aksi kejahatannya. Seperti komplotan di Surabaya ini.
Dengan mengalihfungsikan kondom yang mereka beli di retail-retail atau apotek terdekat, komplotan ini sukses meraup untung ratusan juta rupiah dan, lebih dari itu, menipu banyak sekali korban.
(Henry Rodiruguez Rela Membuat Wajahnya Mirip Red Skull, Tokoh Penjahat Dalam Karakter Marvel)
Salah satu anggota komplotan itu adalah Gunadi (37) asal Tempel Sukorejo, Surabaya. Profesinya sebagai penjual burung, tidak ia lakoni dengan jujur. Supaya burung dagangannya laku, ia menggunakan cara yang tidak seharusnya dilakukan.
Kondom yang dibeli bukannya digunakan sebagai kontrasepsi. Bersama kawan-kawan komplotannya, ia memodifikasi kondom itu dan menggambungkannya dengan aluminium menjadi “produk baru” yang menghasilkan suara mirip burung beo.
Tujuannya tidak lain adalah untuk mengelabui para penyuka burung beo. Caranya, alat itu dimasukkan ke dalam mulutnya. Dengan menggunakan bagian atas lidah, lalu ia tiup, keluarlah suara beo.
Karena suara yang dikeluarkan sangat mirip dengan suara burung beo aslinya, maka komplotan ini pun sukses menipu ratusan orang yang membeli burung dagangannya. Untuk menjalankan aksinya, komplotan ini rupanya sudah membuat standar operasional prosedur (SOP)-nya sendiri.
Gunadi sendiri bertugas sebagai peniup bunyi burung Beo dengan mulut. Sedangkan anggota lainnya, Zusdi, berperan sebagai pembawa burung dan menerima uang transaksi pembelian.
Setiap pembeli datang ke tokonya, Gunadi dan kawan-kawannya mulai beraksi. Mereka mulai mengeluarkan suara beo palsu dari mulut mereka. Konyolnya, dua fakta ini membuat para pembeli burung tertipu. Pembeli tidak menyadari burung yang dijual di toko Gunadi adalah burung beker alih-alih beo.
(Penjelasan Polda Metro Jaya Terkait Keluhan Warga saat Laporkan Kasus Penipuan di Polresta Depok)
Pembeli tertipu dengan suara palsu burung beo dari mulut Gunadi dan kawanannya. Nah, burung beker itu tampilannya mirip banget dengan burung beo aslinya.
Modal yang dikeluarkan Gunadi untuk melancarkan aksinya ini terhitung murah. “Saya beli burung beker Rp175 ribu, saya jual paling murah Rp2,5 juta. Pernah ada yang membeli Rp 4 juta,” ujar Gunadi.
Menurut pengakuannya, aksinya sudah dilakukan sejak tahun 2014 lalu. Lokasi yang menjadi targetnya adalah Cito Plasa dan Terminal Bungurasih, Surabaya. Kedua lokasi itu dianggap paling potensial, karena banyak orang yang datang silih berganti.
Pendatang dari luar kota yang berburu burung beo di Surabaya, sudah pasti menjadi incarannya. Modusnya, para pelaku berkenalan terlebih dulu untuk memastikan dari mana asal korban.
Setelah kenal, mereka beraksi dengan peran masing masing menawarkan burung beker yang mirip burung beo.
“Saya tidak ingat pasti berapa burung beker yang sudah terjual, ya mungkin 100 lebih. Saya tidak sendirian,” tutur Gunadi. Taruhlah 100 burung. Jika per burungnya ia jual Rp2,5 juta, artinya, minimal ia mendapat pemasukan sekitar Rp250 juta.
Tapi berkat laporan korban penipuan oleh korban dan kecekatan Kapolsek Gayungan, Kompol Esti S Oetami, maka komplotan itu pun berhasil dibekuk.