Intisari-Online.com – Xiaomi adalah perusahaan telekomunikasi asal Beijing, Tiongkok yang berhasil menjadi salah satu produsen smartphone terbesar di dunia. Pada tahun 2015 saja perusahaan yang memiliki arti “beras kecil” ini memiliki kekayaan sebesar AS$45 miliar (sekitar Rp599 triliun).
(Ingin Beli Smartphone yang Paling Pas Buat Kamu? Simak Panduan Ini)
Ekspansi terus dilakukan oleh Xiaomi, membangun pabrik di berbagai belahan dunia bahkan di Batam, Indonesia. Pada awal tahun 2017 ini sebuah pabrik di Andhra Pradesh, India baru saja dibangun. Terletak di Kota Sri, pabrik ini menjadi yang kedua dibangun di India.
Karena memiliki dua pabrik yang beroperasi, Manu Jain selaku Wakil Presiden Xiaomi mengklaim dapat membuat satu telepon per detik di India. “Dua pabrik yang digabungkan dapat menyediakan 5.000 pekerjaan dengan 90% diantaranya adalah para wanita,” tambahnya.
(Untuk Merebut Posisinya dari Vivo dan Oppo, Xiaomi akan Mengurangi Smartphone Murah pada 2017?)
Langkah ini dapat menutup 95% permintaan di India karena dua fasilitas memproduksi langsung produk-produk berupa smartphone. Akan tetapi untuk aksesoris, produk ekosistem, beserta produk premium seperti Mi5 tetap diimpor dari Tiongkok.
Menurut firma riset International Data Corporation (IDC), perusahaan Tiongkok yang memiliki kantor internasional di Singapura ini tersebar hingga 10,7% di pasar smartphone India. Sebagai gambaran, Samsung berada satu peringkat di atas Xiaomi di angka 25%.
Jain mengatakan bahwa pasar smartphone di India akan tumbuh dari 110 juta unit per tahun menjadi 200 juta lebih dalam kurun waktu 3-5 tahun. Ekspansi produksi ini telah direncanakan sejak tahun 2016 dan akhirnya terwujud dengan bantuan operasional oleh Foxconn, perusahaan teknologi dan elektronik asal Taiwan.
“Kita telah berjalan dalam penggunaan pabrik sebesar 100% tetapi masih belum bisa menutup permintaan. Bahkan hingga kini 1 juta unit Redmi Note 4 akan terjual dalam 45 hari, tetapi bila kita memiliki stok lebih maka kita dapat menjual telepon yang lebih banyak,” ungkap Jain.
Kini Xiaomi tengah meluncurkan Redmi 4A, produk terbarunya yang juga akan diproduksi oleh dua pabrik di India. Di pasar negara Asia Selatan ini pun gawai berfitur 4G ini akan bersaing dengan smartphone lain seperti Micromax, perusahaan India yang kian mendominasi.
Distribusi langsung akan dilakukan oleh Xiaomi ke tiga kota besar seperti Delhi, Chandigarh, dan Jaipur. Mereka memiliki strategi yang dinamakan “tarik” dibandingkan “dorong”.
Sederhananya Xiaomi tidak meminta para distributor untuk langsung membeli persediaan yang banyak. Mereka akan bertanya kepada pihak retail untuk membeli jumlah produk yang sekiranya bisa terjual.
Apabila sebuah toko bisa menjual 2, 5, atau 10 telepon setiap harinya Xiaomi akan memberikan jumlah spesifik tersebut. Investasi yang kembali sebuah toko akan lebih tinggi sedangkan efisiensi harga produksi akan didapatkan oleh Xiaomi.
Di India Xiaomi menjual empat jenis smartphone, sebut saja Redmi 3S dengan dua varian, Redmi Note 4 dengan tiga varian, Mi Max dengan dua varian, serta Mi 5 yang baru saja diluncurkan tahun 2016. Semuanya diproduksi di India kecuali Mi 5 yang diimpor dari Tiongkok.
Salah satu strategi jitu Xiaomi untuk menghemat uang adalah metode penjualannya yang memiliki fokus pada toko daring. Akan tetapi India lain cerita, menurut Tarun Pathak selaku Analis Senior di Counterpoint Research, 7 dari 10 telepon yang terjual berasal dari toko luring atau ada fisiknya.
Karena itu pada akhir tahun 2016 Xiaomi merencanakan penjualan luring untuk bersaing dalam pasar. Sebelumnya mereka telah bekerjasama dengan Reddington, Innocomm, dan Just Buy Live sebagai penjual luring terbesar.
Kedepannya penjualan luring akan ditingkatkan dan mematok rasio 70% untuk penjualan melalui daring dan 30% untuk luring. Pada wawancara terakhir yang dilakukan pada Oktober 2016, Jain berkata 90% produk dijual secara daring.
Dengan hadirnya dua pabrik sekaligus dan rencana matang, 2017 menjadi tahun yang baru untuk Xiaomi mencoba menguasai pasar smartphone di India.