Awas! Jumlah Korban Ledakan Rokok Elektronik Terus Mengalami Peningkatan

Mentari Desiani Pramudita
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Awas, Korban Ledakan Rokok Elektronik Mengalami Peningkatan, Sebagian Besar Kena Luka Bakar.
Awas, Korban Ledakan Rokok Elektronik Mengalami Peningkatan, Sebagian Besar Kena Luka Bakar.

Intisari-Online.com- Rokok berbagai jenis semakin populer. Salah satunya adalah rokok elektronik. Sayangnya, dibeberapa negara tingkat korban akibat rokok elektronik mengalami peningkatan.

(Ingin Beli Smartphone yang Paling Pas Buat Kamu? Simak Panduan Ini)

Menurut Live Science seperti dilansir oleh kompas.com, petugas kesehatan dari University of Washington Medical Center telah menangani 15 pasien dalam kurun waktu Oktober 2015 sampai Juni 2016.

Dari 15 pasien tersebut, 12 di antaranya mengalami luka bakar.

(Berlawanan dengan Iklan Rokok, Cowok ‘Macho’ Justru Tidak Merokok)

Menurut Dr. Elisa Brownson, pemimpin peneliti sekaligus dokter ahli bedah menduga bahwa peningkatan cedera karena rokok elektronik seiring dengan meningkatnya pengguna rokok itu.

Elisa membandingkan hasil ini dalam laporan dari New England Journal of Medicine. Dalam waktu 2009 sampai 2014, hanya ada 25 laporan tentang korban ledakan rokok elektronik.

Korban yang mengalami kasus luka bakar yang cukup serius membutuhkan prosedur pencangkokkan kulit.

(Cara Ampuh Berhenti Merokok, Perokok Wajib Baca!)

Caranya dengan menggunakan kulit pasien yang masih sehat untuk menggantikan kulit di area terbakar.

Sebagian besar pasien mengalami luka di paha, selangkangan, cidera di tangan, dan sebagian lagi di daerah wajah.

Bahkan ada pasien yang kehilangan giginya ketika rokok meledak saat menghisap rokok elektronik.

(Ibu Perokok Berencana Memiliki Anak, Simak Terapi Berhenti Merokok Khusus untuk Perempuan Ini)

Luka bakar yang pasien derita berasal dari bahan kimia alkali yang ada dalam baterai rokok elektronik.

Dengan hasil seperti ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan di Amerika Serikan akan segera membuat regulasi baru mengenai rokok elektronik.

Terakhir, Elisa mengatakan bahwa rokok elektronik tidaklah lebih baik dari rokok biasa. Keduanya sama-sama berisiko pada penyakit kronis.

Artikel Terkait