Advertorial
Intisari-Online.com - Setiap negara memiliki asal-usul tersendiri yang menarik, termasuk bagaimana negara itu mendapatkan namanya.
Biasanya, nama negara didasarkan pada kondisi geografi, suku, tokoh yang berjasa, dan lain-lain.
Misalnya saja Bahrain yang secara harfiah berarti "Dua Laut," kemudian Amerika Serikat yang dinamakan berdasarkan penjelajah Italia Amerigo Vespucci.
Atau Norwegia yang seperti namanya berarti "The Way North" atau "The Nothern Way. Sementara Mauritania didasarkan pada Mauris, kelompok etnis terbesar di negara itu.
Tapi, kalau kamu melihat dua tempat ini semuanya jadi lebih menarik.
BACA JUGA:Dari Kunyit Hingga Minyak Kelapa, Ini Bahan-bahan Alami yang Ampuh Hilangkan Jamur Kurap pada Kulit
Ya, jika kamu membandingkan dengan kondisi negaranya ini tampak seperti terbalik.
Islandia atau yang dalam bahasa Inggris 'Iceland' atau Tanah Es justru tampak hijau datarannya tertutup oleh tanama atau rerumputan.
Sementara Greendland atau Tanah Hijau tidak seperti namanya, di sana malah dipenuhi es membuatnya bernuansa putih dan sangat dingin.
Lalu bagaimana dua tempat ini mendapatkan namanya?
Lebih dari 80% luas daratannya tertutup es, namun disebut Greendland.
Kondisi itu tidak berlaku pada tahun 982 M, ketikan penjelajah Erik The Red mencapai bagian barat daya pulau untuk pertama kalinya.
Kepercayaan di sana menyebutkan, mereka menamai sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat. Oleh sebab itu, mereka menamai tempat itu sebagai Greendland.
Sementara itu Islandia, menurut cerita, Naddador yang pertama sampai ke sana awalnya Islandia bernama Snæland atau "Tanah Salju" karena saat itu bersalju.
Setelah Naddador, Viking Swedia Garðar Svavarsson juga mengunjungi pulai itu dan menyebutnya Garðarshólmur yang berarrti "Pulau Garðar."
Sayangnya, Pulau Garðar tidak begitu baik untuk kedatangan berikutnya, seorang Viking bernama Flóki Vilgerðarson.
Putri Flóki tenggelam dalam perjalanan ke Islandia, dan semua ternaknya mati kelaparan ketika musim dingin terus berlangsung.
Tertekan dan frustrasi, Flóki dikisahkan mendaki gunung hanya untuk melihat sebuah fjord penuh gunung es, yang menyebabkan nama baru pulau itu.
Presiden Islandia Guðni Thorlacius Jóhannesson, yang juga seorang professor sejarah, mengatakan penduduk baru pulau itu "merasa mereka bagian dari wilayah Nordik, tetapi ingin mempertahankan identitas yang terpisah".
Karena "Sebuah pulau harus memiliki nama, dan itu satu yang tetap," tambahnya.
Perubahan Iklim, kemungkinan akan membuat dua tempat itu seperti semula di masa depan.
Menurut National Geographic, lapisan es di Greendland meleleh dengan cepat menghasilkan suhu dingin di Atlantik Utara.
Ini secara signifikan memperlambat arus teluk, dan jika tren ini terus berlanjut, Islandia kemungkinan akan mengalami penurunan suhu menjadi lebih dingin bahkan es di laut membeku.
Sementara Greenland akan terus menghangat dan mencairkan gunung es pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Itulah alasan mengapa dua tempat ini terkesan terbalik namanya dengan kondisi di wilayah satu dan yang lain.
Ternyata memang dulu Islandia dipenuhi salju dan Greendland daratan yang ditumbuhi tanaman hijau.