Advertorial

Setelah Bertemu Putin, Trump Berencana Menarik Pasukan dari Suriah Namun Ditentang oleh Para Jenderal

Intisari Online
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Intisari-Online.com -Rusia meminta kepada Amerika Serikat (AS) untuk bekerja sama dengan mereka menangani pemulihan Suriah.

Pernyataan itu diucapkan juru bicara Kementerian Pertahanan, Mayor Jenderal Igor Konashenkov, seperti dilansir Newsweek Rabu (25/7/2018).

Konashenkov menjawab Kepala Komando Pusat AS, Jenderal Joseph Votel, yang merespon pertemuan Presiden Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin 16 Juli lalu.

Dalam pertemuan di Helsinki, Finlandia itu, Trump berkata dia siap berkoordinasi dengan Rusia dalam memulangkan pengungsi Suriah.

Baca juga:Sayad -2, Senapan Sniper Hamas Buatan Iran yang Paling Ditakuti Pasukan Israel di Jalur Gaza

Namun, Votel menolak permintaan Trump itu karena Rusia masih terus menunjukkan dukungan kepada Presiden Bashar al-Assad.

Konashenkov berkata, penolakan Votel itu tidak saja mendiskreditkan posisinya sebagai panglima angkatan bersenjata AS.

"AS juga tidak mempunyai legitimasi di Suriah. Operasi mereka bertentangan dengan hukum internasional dan AS juga," kata Konashenkov.

Karena keberadaan AS tidak sah, Konashenkov mengusulkan agar dianggap legal, maka mereka harus bekerja sama dengan Moskwa dan rezim Assad.

Baca juga:Akhirnya Ilmuwan Berhasil Temukan Cara Atasi Penuaan dan Kembali Muda

Kerja sama itu meliputi penyediaan bantuan, pemulangan para pengungsi konflik, serta memberikan tempat tinggal sementara bagi pengungsi itu.

"Jika Jenderal Votel menolaknya, jalan satu-satunya adalah AS tidak mengganggu proses perdamaian di Suriah," beber Konashenkov.

Trump juga sempat mengutarakan niatnya untuk menarik pasukannya keluar dari Suriah, namun rencana tersebut ditentang para jenderal dan penasihat militernya.

Mereka berargumen, jika ditarik, maka kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) bisa kembali berkuasa.

Baca juga:Banyak Surat untuk Tuhan, Inilah 9 Fakta Negara Israel yang Jarang Diketahui Publik Indonesia

Selain itu, AS juga mempunyai kewajiban untuk menangkal sekutu utama Assad yang ada di Timur Tengah, Iran.

Namun Konashenkov berujar, Iran dianggap legal di Suriah karena mereka diundang langsung oleh pemerintahan Assad.

Berbeda dengan AS dan sekutu Timur Tengah-nya seperti Arab Saudi, Qatar, maupun pasukan Turki yang dianggap penyusup. (Ardi Priyatno Utomo)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Rusia kepada AS: Bekerja Sama dengan Kami atau Keluar dari Suriah".

Baca juga:Berhasil Contek Rudal Udara Buatan AS, Kini Iran Siap Menggunakannya Untuk Menggempur Israel

Artikel Terkait