Advertorial
Intisari-Online.com -Nama Iis Dahlia menjadi buah bibir belakangan ini.
Apalagi jika bukan soal komentarnya kepada seorang peserta audisi pencarian bakat penyanyi dangdut di sebuah stasiun tivi swasta.
Soal meniti karier dari bawah, Iis Dahlia jangan ditanya.
Tabloid Nova 1 Maret 1992 pernah mengulas bagaimana perempuan berkumis tipis ini memulai kariernya dari bawah.
Baca juga:Terungkap Sudah, Inilah Maksud Baik Iis Dahlia 'Usir' Waode Sofia Saat Audisi KDI
***
Penyanyi pop pindah ke jalur dangdut, itu biasa. Tapi kalau si penyanyi bisa tetap bertahan di jalur itu, bahkan semakin ngetop, itu baru langka.
Salah satu dari yang langka itu adalah Iis Dahlia. Perempuan kelahiran Indramayu itu saat ini dikenal sebagai spesialis dangdut.
Ia pernah menerima Golden HDX Award dari perusahaan kaset HDX, karena album Tamu Tak Diundang-nya meraih kopi terbanyak sepanjang tahun 1991.
Sebelum berdangdut, Iis yang bemama asli Iis Laeliyah ini, sempat hadir di dunia rekaman musik pop. Album pertama Iis berjenis pop Mandarin dan diedarkan tahun 1987.
Dua tahun kemudian, ia hadir lagi dalam sebuah album senam disko. Baru di tahun 1990-lah, ia "resmi" menekuni dangdut. Saat itu, ada produser yang menawarinya berdangdut.
Setelah dites, vokal Iis dianggap memenuhi syarat. Dan jadilah album Juned.
Iis yang pernah tiga kali menjadi juara IMTQ se-Indramayu ini, akhirnya malah betah di dangdut. Sebetulnya, aku Iis, "Saya suka semua jenis musik."
Tapi perempuan dengan tinggi 160 cm dan berat 50 kg ini mengakui adanya kelebihan dangdut dibanding jenis musik lain.
"Kalau menyanyikan lagu pop di atas panggung, goyangnya tidak bisa bebas. Tapi kalau dangdut, biar lagu sedih sekalipun, saya masih bisa bergoyang," jelasnya bersemangat.
Menepis kesan negatif
Penggemar bakso yang bertubuh sintal ini, bercita-cita jadi penyanyi sejak kecil. Tak aneh kalau di setiap keramaian Iis selalu mencoba kebolehan vokalnya.
"Setiap ada perayaan tujuhbelasan atau perkawinan di kampung, saya selalu minta diizinkan nyanyi di panggung," kenangnya.
Untuk itu, Iis tidak pernah menerima bayaran. "Asal boleh menyanyi saja, saya sudah senang banget," tambah Iis.
Cita-cita Iis rupanya tak begitu disambut baik oleh ayahnya. "Maunya Papa sih, saya tidak jadi penyanyi," ujar Iis.
Alasan H. Muh. Ma'muri Zen, ayah Iis, penyanyi itu orang yang selalu berada di dunia glamor dan gampang "diajak". Pokoknya, kata Iis, "Di mata Papa, profesi penyanyi itu kesannya Cuma negatif."
Kendati begitu, Iis tetap ngotot. "Saya bilang pada Papa, enggak usah penyanyi, profesi lain pun kalau dikerjakan dengan niat negatif, hasilnya juga negatif. Untunglah, Papa akhirnya mulai sedikit memahami cita-cita saya," papar Iis bersemangat.
Iis pun, akhirnya, tidak dilarang menyanyi, meski tidak didukung seratus persen.
Tawaran datang terus
Meski sempat tidak disetujui ayahnya, tapi karier Iis sebagai penyanyi boleh dibilang berjalan mulus.
Lulus SD, Iis hijrah ke Bandung. "Saya pikir kalau tetap tinggal di kota kecil seperti Indramayu, karier saya bakal sulit meningkat," jelas anak ke-3 dari 4 bersaudara ini.
Sambil meneruskan SMP-nya di Kota Kembang ini, ia juga belajar olah vokal pada Jajat Paramur. Di Bandung, nama Iis sebagai penyanyi mulai dikenal. Ia juga sempat menjuarai festival pop singer se-Jawa Barat.
Baca juga:Pesebakbola Palestina yang Lututnya Ditembak Sniper Israel Ini Harus Akhiri Karier Sepakbolanya
Sampai pada suatu hari, ada produser rekaman yang mendatangi dan mengajak Iis ikut rekaman. "Saya tidak pernah bercapek-capek mendatangi perusahaan rekaman, seperti yang dilakukan penyanyi baru pada umumnya, tapi tawaran datang terus. Heran ya?" cetus Iis.
Selain rekaman, jadwal show Iis waktu itu juga padat bukan main. Dalam satu bulan, tak jarang Iis hanya sempat tiga hari berada di rumah. Sisanya, keliling seluruh Indonesia.
Ya, Iis akhirnya bisa mewujudkan keinginannya untuk hidup dari menyanyi. Ia pun bisa mengontrak sebuah rumah yang lumayan megah, lengkap dengan segala perabot. Ia juga memiliki seorang pembantu, dua buah mobil pribadi, plus pengemudinya.
Yang lebih hebat, dari menyanyi Iis juga bisa menghidupi keluarga dan menanggung biaya sekolah adiknya. Bahkan ia bisa membantu sejumlah panti asuhan di Indramayu.
"Semua ini adalah karunia-Nya. Saya tidak mau 'makan' sendirian, tapi ingin membaginya pada yang lain," cetusnya
Pernah punya pacar pengusaha
Pada masanya, Iis pernah digosipkan punya hubungan spesial dengan bintang film Henky Tornando.
Tapi sangkaan ini dibantah Iis. Kata Iis, "Hubungan antara saya dengan Mas Henky cuma sebatas hubungan adik dan kakak," ungkap Iis yang bertemu Hengky pertama kali di lokasi syuting video clip lagu “Tamu Tak Diundang”.
Henky waktu itu, menurut Iis, banyak memberi saran yang berkaitan dengan pengelolaan bisnis panggung Iis. Apalagi, waktu itu Iis juga punya rencana untuk bermain film.
"Nasihat Mas Henky jelas sangat saya butuhkan untuk itu," ujar Iis. "Pokoknya," tegas Iis lagi, "Antara saya dengan Mas Hengky enggak ada apa-apa."
Untuk lebih menegaskan pernyataannya waktu itu, Iis pun membuka rahasia pribadinya. "Saya ini sudah punya pacar," aku Iis.
Pertemuan Iis dan kekasihnya waktu itu, yang ternyata seorang pengusaha, terjadi saat Iis show di Sulawesi. Usianya 10 tahun lebih tua daripada Iis.
Baca juga:Muhammad Sunardi, Anak Tukang Gali Kubur Asal Kendal yang Sukses Jadi Dokter dan Raih S3 di Jepang
"Kami berkenalan di hotel tempat saya menginap. Kebetulan, dia juga menginap di situ," kenang Iis yang waktu itu keberatan menyebutkan nama pacarnya disebut.
Pertemuan itu meninggalkan kesan yang mendalam di hati Iis. Gara-gara kesengsem dengan pria itu, "Saya sempat segan pulang ke Jakarta," ujar Iis sambil tertawa.
Entah karena memang jodoh, tiga bulan setelah pertemuan itu, Iis kembali mendapat tawaran show di Sulawesi. Tentu saja kesempatan ini tak ia diamkan.
"Wah, hati saya waktu itu senang sekali," kenangnya. Saat itu, sang pacar mau menyempatkan diri menonton show-nya. Hubungan mereka pun semakin erat.
Jarak yang jauh bukan halangan buat Iis untuk tetap bisa berpacaran. "Lewat telepon pun, kami sudah bisa saling menumpahkan kerinduan," ungkap Iis.
Tak aneh kalau Iis menerima lima kali interlokal, setiap hari. "Kalau sudah kangen, ya bagaimana lagi?" kata Iis, waktu itu.