Intisari-Online.com—Apakah Anda pernah menjadi marah akibat mendengar orang makan dengan berisik? Misalnya ia mengunyah dengan suara kecapan dan menimbulkan suara-suara yang mengganggu. Kondisi ini disebut dengan misophonia.
Misophonia merupakan kondisi gangguan emosi yang dialami seseorang saat ia mendengarkan suara-suara yang mengganggunya. Sebetulnya tidak hanya suara orang makan yang berisik. Bisa pula suara-suara bising di jalan, seperti klakson mobil, musik keras, dll. Penderita misophonia cenderung mengalami kecemasan berlebihan dan terganggu emosinya ketika mendengar suara-suara tersebut.
(Catat, 10 Perilaku Ini Bisa Jadi Tanda Anak Anda Alami Gangguan Mental)
Olana Tansley misalnya, seorang penderita misophonia yang mulai mengalami penyakit ini sejak usia 7 tahun. Ia merasa marah dan tidak nyaman saat mendengar suara kunyahan orang lain. Sehingga ia cenderung lebih senang makan sendirian.
Kondisi tersebut semakin parah, seiring waktu misophonianya kambuh dengan mendengar suara lainnya. Yaitu, suara gemerisik kertas, langkah-langkah kaki, dan juga suara ketikan di keyboard membuatnya ngilu dan tidak nyaman.
Hingga akhirnya ia membutuhkan bantuan profesional untuk mengatasi itu. “Penderita misophonie sering harus lebih beradaptasi dengan situasi kehidupan karena mereka dianggap aneh dan sulit untuk menerima perilaku mereka,” kata Miren Edelstein, peneliti dari University of California, San Diego.
Kondisi ini dikategorikan dalam gangguan kepribadian sama halnya dengan obsessive compulsive disorder. Karena mereka menjadi over-sensitif terhadap kebiasaan orang lain.
Penjelasan lainnya disebutkan oleh Sukhbinder Kumar dan tim dari Newcastle University, Inggris. Dengan melakukan penelitian terhadap 20 orang penderita misophonia dan 22 orang yang bukan penderita mishoponia.
Kedua grup ini diperdengarkan suara-suara natural seperti air hujan dan bayi menangis. Kemudian suara-suara yang memicu kambuhnya misophonia seperti mengunyah dan suara orang bernapas.
Kedua grup bereaksi terhadap suara air hujan dan bayi menangis dengan reaksi yang sama. Sedangkan untuk suara kunyahan dan orang bernapas membuat grup penderita misophonia mengalami peningkatan detak jantung, masalah pada kulit, bahkan emosi yang tidak stabil.
Pemindaian pada otak penderita misophonia menunjukkan ada peningkatan aktivitas pada anterior insular cortex (AIC), sebuah area pada otak yang berperan dalam mempengaruhi pusat perhatian manusia. Nah pada penderita misophonia, ketika ia mendengar suara-suara tertentu aktivitas AIC meningkat tinggi dan mempengaruhi emosi dan juga memorinya.
(Paparan Suara Bising Berkaitan dengan Penyakit Jantung)