Obat Batuk, Lengkap Tak Berarti Lebih Manjur

K. Tatik Wardayati
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Batuk Tidak Sembuh-sembuh
Batuk Tidak Sembuh-sembuh

Intisari-Online.com – Saat membeli obat batuk, biasanya kita akan meminta obat batuk paling manjur. Tak jarang tanpa bertanya lebih lanjut, penjual lalu menyodorkan obat batuk yang (dianggap) manjur atau paling laku, karena di situ tercantum kandungan amat lengkap dengan pelbagai kasiat. Padahal memilih obat batuk tidak sesederhana itu.

(Kenapa Obat Batuk Tidak Berguna?)

Batuk yang merupakan reaksi refleks dari mekanisme pertahanan tubuh untuk mempertahankan kondisi stabil saat ada gangguan dari luar, bisa terjadi karena ada rangsangan pada simpul saraf penerima rangsangan, yang letaknya di organ saluran naps dan paru-paru. Rangsangan itu lalu diteruskan ke pusat batuk di otak, kemudian dilemparkan lagi oleh simpul saraf penerima rangsangan tadi ke organ saluran napas. Muncullah batuk.

Rangsangannya sendiri bisa berupa rangsangan mekanik, kimiawi, suhu, bahkan peradangan. Penyebabnya pun bisa berbagai rupa: dari penyakit pada saluran napas yang biasa-biasa saja sampai yang lebih serius macam asma, pneumonia, TB paru-paru, dan lain-lain. Batuk bisa juga disebabkan oleh obat, seperti Obat antihipertensi (inhibitor ACE).

(Obat Batuk Alami Adalah Madu dan Jeruk Nipis)

Sebetulnya, batuk itu juga punya sisi baik. Ia bermanfaat membersihkan saluran napas dari udara kotor dan beracun, mengeluarkan dahak yang menumpuk, melegakan napas, dan mengeluarkan makanan atau minuman saat kita tersedak.

Memang, batuk tidak serta-merta harus diatasi dengan mengunjungi dokter. Anjuran dari dr. Pradjna Paramita, SpP, FCCP., seperti dimuat dalam Harian Suara Pembaruan, adalah mencoba bernapas teratur, minum air putih hangat, menghindari lingkungan pencetus batuk, serta menghindari makanan pencetus batuk (es dan gorengan). Setelah itu, baru gunakan obat batuk yang sesuai, mengonsumsi vitamin C dosis tinggi, dan istirahat cukup. Namun, ia mengakui, taklangka penderita batuk tak tahu obat yang sesuai dengan penyakit batuknya.

Obat batuk seyogianya dibuat menuruti kaidah pembuatan obat yang baik dan benar. Artinya dosisnya tepat, khasiatnya jelas. Sayang, dari 250 preparat obat batuk yang beredar di pasaran, sebagian ditengarai dr. Hedi R. Dewoto dari Bagian Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sebagai tidak rasional, sehingga mubazir dan kurang berkhasiat.

Pemakaian obat yang tidak rasional dapat menimbulkan pelbagai efek sampingan. Misalnya, keefektifannya rendah karena konsentrasi obat tak sesuai dengan dosis. Selain itu, belum tentu setiap komponen memang diperlukan. Misalnya, obat batuk yang sekaligus obat flu, atua yang mengandung mentol dan kafein. Pada contoh pemakaian mentol, kasusnya lebih dari sekadar tidak perlu, karena mentol itu menyebabkan berkurangnya fungsi bulu hidung (silia) dalam menyaring debu atau partikel yang masuk ke tubuh lewat hidung.

Terkadang, kemubaziran berlangsung karena dua kompoene yang berfungsi sama dipadukan dalam satu preparat, sebagia contoh: dekstrometorfan dengan noskapin (keduanya sama-sama berfungi menekan pusat batuk).

So, yang terbaik, pengobatan diarahkan untuk mengatasi penyebab batuk. Berdasarkan efek yang ditimbulkan, sebenarnya obat batuk terdiri atas golongan antitusif (untuk batuk tidak berdahak), ekspektoran (untuk mempermudah pengeluaran dahak), dan mukolitik (untuk mengencerkan dahak).

Sebelum kita membeli obat batuk, kenali dulu jenis batuk yang diderita, batuk berdahak atau tidak. Batuk berdahak memerlukan obat batuk yang berkhasiat ekspektoran, misalnya obat yang mengandung guaifenesin (gliseril guaiakolat) – contohnya OBH, amonium klorida, natrium sitrat, atau ipekak. Kalau dahaknya kental, selain ekspektoran diperlukan juga mukolitik, seperti bromheksin atau asetilsistein.

Sementara untuk batuk tidak berdahak (batuk kering) minumlah obat batuk yang berkhasiat antitusif, misalnya yang mengandung dekstrometorfan, noskapin, atau kodein. Namun, berhati-hatilah mengonsumsi obat batuk yang mengandung kodein, karena kodein bisa menekan pusat pernapasan.

Sayang sekali, obat batuk bebas ada yang tidak memenuhi kriteria di atas, misalnya, obat golongan antitusif dipadukan dengan ekspektoran dalam satu preparat. Atau dua macam obat golongan antitusif dipadukan dengan dosis yang tidak mencukupi. Akibatnya, batuk malah membandel sampai menimbulkan komplikasi. Namh, daripada menjadi korban obat batuk, sebaiknya kita mencoba jadi penderita batuk yang kritis dan cermat. (Bea/LW)

Artikel Terkait