Advertorial
Intisari-Online.com – Pernikahan massal di mana pengantinnya adalah berlawanan jenis pasti sudah biasa, ya.
Bagaimana bila pengantinnya adalah sesama jenis dalam prosesi ikatan suci tersebut?
Inilah yang terjadi di Quezon City, di utara Manila, Filipina.
Sebuah pernikahan massal bagi pasangan sesama jenis digelar di gereja khusus penganut LGBTS (Lesbian Gay Bisexual Transgender and Straight).
Semua pengantin dalam pernikahan massal tersebut adalah 12 wanita.
Dalam video yang beredar di dunia maya, diperlihatkan bagaimana jalananya prosesi ikatan suci mereka.
Video itu dibuat oleh seorang videografer bernama Nikon Celis (33 tahun).
Prosesi itu dipimpin oleh Pastor Ceejay Agbayani (44), yang mendirikan Gereja LGBT pada 2012.
Seperti pada umumnya pernikahan, ada pula pengantin yang menangis terharu saat dinikahkan oleh sang pastor.
Seorang pengantin, yang tidak mau disebutkan namanya karena khawatir akan ada balasan dari keluarganya, mengatakan ia telah siap menghadapi diskriminasi dari prosesi pernikahan ini.
“Kami melakukan hal ini, aku tidak peduli bagaimana masyarakat melihat kami, ini adalah hidup kami. Bagiku, sebagai manusia, kami sederajat,” kata pengantin baru tersebut.
Dilansir dari StoryTrender, pemerintah Filipina bersumpah tidak ada pasangan sejenis yang akan diakui kecuali undang-undang telah menyetujui untuk hal tersebut.
Namun, sepertinya undang-undang itu dihalangi oleh para legislator yang bergabung dengan gereja Katolik.
Namun, sebuah gereja tidak resmi untuk orang-orang LGBTS baru-baru ini menggelar prosesi pernikahan sejenis untuk memperlihatkan perlawanan, meskipun menentang harapan keluarga mereka.
Ceejay Agbayani meyakini agama adalah masalah dan solusi bagi perdebatan pernikahan sesame jenis.
“Bila kefanatikan datang dari agama, agama dapat membebaskan kami dari kefanatikan,” kata Pastor Ceejay Agbayani.
Ia bilang, ada orang-orang yang berkata: “Kamu masuk neraka karena kamu LGBT.
Jangan mempercayai mereka bahwa kamu akan ke neraka karena injil menghukum orang-orang homoseksual.
“Anda tidak akan menemukan kata homoseksual dalam teks injil yang asli. Injil adalah tentang cinta, bukan kebencian,” tambah sang pastor.
Ia menambahkan, kata pernikahan dan itu berarti adalah sebuah konstruksi masyarakat.
Itu sebabnya mereka mempertahankan pernikahan sesame jenis adalah pernikahan yang sederajat.
Sementara menurut Nikon Celis, mayoritas rakyat Philippina menentang pernikahan pasangan sejenis.
“Kebanyakan pasangan pengantin ini tidak mendapat dukungan dari keluarga dan teman mereka, tetapi mereka terus maju dengan sebuah upacara pernikahan yang indah,” kata Nikon Celis.
Menurutnya, itu adalah hari yang sangat membahagiakan, dan ada yang menangis ketika pasangan itu mengikat janji.
Beberapa orang bahkan datang dari tempat yang jauh untuk mendukung teman mereka.
Walaupun ia memandang positif pada prosesi pernikahan itu, ia tidak yakin cara itu akan segera diakui undang-undang.
Itu sebabnya, pasangan pengantin baru sesama jenis ini berharap undang-undang akan berubah, tetapi ia pikir itu tidak akan terjadi dalam waktu cepat.
“Rakyat Philippina belum siap, dan upacara pernikahan jenis ini masih sangat baru di negara ini,” tutup Nikon Celis.