Proses yang berulang-ulang selama sepersekian detik itulah yang membentuk gambar dan ditangkap oleh mata kita.
Siaran televisi mekanik sudah dimulai sejak tahun 1928 di Amerika Serikat, disusul televisi elektronik pada 1935. Namun sebenarnya kualitas televisi saat itu belum bagus.
Harganya juga masih mahal. Layarnya hanya selebar antara 3- 8 inci saja, atau maksimal selebar layar netbook atau laptop mini. Menontonnya juga harus full konsentrasi.
Setelah lebih dari 60 tahun berjaya, pada dekade tahun 1980-an, layar CRT perlahan mulai digantikan layar liquid crystal display (LCD).
Baca juga: Layar Smarthphone Rusak, Tenang Anda Tetap Dapat Memakainya Menggunakan Mouse, Begini Caranya!
Meski terlihat sebagai sebuah teknologi baru, bahan dasar LCD yang berupa cairan kristal sebenarnya sudah ditemukan sejak tahun 1888 oleh Freidrich Reinitzeer, ahli botani Austria. Tapi baru benar-benar dikembangkan menjadi layar, 60 tahun kemudian.
Antara CRT dan LCD merupakan dua teknologi yang sama sekali berbeda. Pada LCD, arus listrik bertugas menjebak cahaya di dalam kristal sehingga hanya cahaya tertentu saja yang mampu melewatinya.
Cahaya yang terjebak menghasilkan gambar. Alhasil proses itu membuat gambar LCD tidak "berkedip", dan kualitas gambar terasa lebih nyaman di mata.
Sebelum LCD ramai digunakan pada televisi dan monitor komputer, penggunaannya sebenarnya sudah kita kenal pada layar-layar kecil seperti kalkulator, jam digital dan ponsel.
Pada kalkulator memang masih tetap hitam putih (monochrome) tapi pada gadget canggih seperti notebook, kini umumnya menggunakan teknologi matriks aktif.
Baca juga:Ingin Kontak WhatsApp Orang Spesial Tampil di Layar Depan Ponsel? Mudah Kok Caranya
Teknologi ini menempatkan transistor pada setiap piksel layar sehingga kualitas gambar yang lebih baik dan responsnya cepat saat dinyalakan.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR