Advertorial

Menuai Kontroversi, Seperti Apa Ritual Penebusan Dosa Para Yahudi Ortodoks Ini?

Muflika Nur Fuaddah
Moh. Habib Asyhad
Muflika Nur Fuaddah
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Intisari-Online.com- Dapat dikatakan mereka inilah yang paling mudah dikenali sebagai orang Yahudi.

Bagaimana tidak, Haredi Ashkenazi atau Yahudi ortodoks ini masih mempertahankan gaya dengan setelan hitam dan topi hitam bertepi lebar.

Sementara wanitanya mengenakan rok panjang, stoking tebal, dan pelapis kepala.

Mereka sendiri mulai muncul pada abad ke-19 sebagai antitesis dari meluasnya sekularisme akibat arus industrialisasi di Eropa.

Baca Juga:Sama-sama Pasukan Elite, Pasukan Khusus Pengawal Kim Jong Un dan Paspampres RI Ternyata Punya Banyak Kemiripan

Mereka kemudian juga mengecam jenis pendidikan sekuler, sehingga jarang sekali ada Yahudi ortodoks yang memiliki gelar profesional.

Kebanyakan dari mereka mengabdikan hidupnya untuk mempelajari Taurat.

Para penganut ini disatukan oleh konservatisme, baik secara pandangan politik ataupun dalam menjalani kehidupan sosial.

Mereka juga menjalani salah satu ritual, yakni Kapparot, yang dilakukan menjelang Yom Kippur (Hari Pendamaian).

Baca Juga:Tak Hanya Jago Nembak, Pasukan Pengawal Presiden AS Juga Jago Nyetir dan Membanting Orang

Penekanan dari Hari Pendamaian terletak pada pengakuan dan penghapusan dosa.

Dan ritual paling kontroversi yang dilakukan adalah praktik Kapparot.

Kapparot sendiri secara harfiah berarti "penebusan."

Praktik ini dilakukan dengan mengayunkan ayam memutari kepala seseorang sebanyak tiga kali dengan iringan doa-doa.

Baca Juga:Foto Memilukan Ketika Seorang Kakak Menghibur Adiknya yang Tengah Sekarat

Ayam ini kemudian akan disembelih dan dinyatakan sebagai pengganti seseorang tersebut sebagai penebusan untuk dosa-dosanya.

Daging ayam yang telah disembelih kemudian akan disedekahkan kepada orang yang membutuhkan.

Namun kontroversi seputar Kapparot juga telah berlangsung selama berabad-abad.

Di antara mereka yang keberatan dengan ritual ini adalah Moses Ben Nahman (Ramban) abad ke-13 dan Rabi Joseph Karo abad ke-16.

Baca Juga:Arkeolog Temukan Topeng Dewa Pan yang Tak Lazim di Israel Utara

Hal itu dikarenakan praktik dianggap terlalu dekat dengan takhayul.

Yakni bahwa seseorang dapat menggantikan kematian seekor hewan untuk kehidupannya sendiri.

Namun sekarang beberapa Rabbi juga mencela praktik ini sebagai pelecehan terhadap hewan.

Mereka mengatakan bahwa ritual terlalu kejam, perlu diketahui bahwa ayam harus terlebih dahulu menghabiskan sepanjang hari di bawah sinar matahari tanpa makanan atau minuman.

Bahkan para pemimpin Yahudi di Israel dan Amerika Serikat telah menyerukan diakhirinya praktik ini selama bertahun-tahun.

Baca Juga:Berasal dari 12 Putra Yakub, ke Mana Perginya 10 Suku Israel yang Hilang?

Artikel Terkait