Advertorial

Yuk Berkunjung ke Takht-e Rostam, Sisa-sisa Pusat Ajaran Buddha yang Tersembunyi di Afganistan

Muflika Nur Fuaddah
Moh. Habib Asyhad
Muflika Nur Fuaddah
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Konon ketika Rostam berusia 14 tahun, dia membunuh seekor naga yang dikenal sebagai Babr-e Bayan di India.
Konon ketika Rostam berusia 14 tahun, dia membunuh seekor naga yang dikenal sebagai Babr-e Bayan di India.

Intisari-Online.com- Sebelum kedatangan Islam, Afganistan menjadi salah satu pusat ajaran Buddha di dunia.

Bukti paling kuat dari sejarah ini adalah para Buddha Bamiyan.

Buddha Bamiyan adalah patung-patung Buddha dalam gua di tepi-tepi tebing sepanjang Lembah Bamiyan yang telah dihancurkan oleh Taliban pada 2001.

Namun sekarang Anda masih dapat melihat stupa, peninggalan yang mengesankan lainnya.

Baca Juga:Enggak Mau Pesawatnya Jadi Bahan Ejekan di Singapura, Kim Jong Un pun ‘Digendong’ Pesawat VVIP Boeing 747-400 China Buatan Amerika

Dilansir dari atlasobscura.com, untuk menemukan sisa-sisa masa lalu ajaran Buddha ini, seseorang harus mencari dengan sangat teliti.

Sehingga, sejak penghancuran Budha Bamiyan, Stupa Takht-e Rostam di Provinsi Samangan bisa dibilang sebagai situs pra-Islam paling mengesankan di Afghanistan.

Tidak seperti stupa lain, Takht-e Rostam bukan dibangin di atas tanah melainkan di dalam tanah dengan gaya yang menyerupai gereja-gereja monolitik di Ethiopia.

Baca Juga:Mengerikan, Anak Ini Jatuh Menimpa Dahan Pohon hingga Tembus ke Lehernya

Para arkeolog percaya stupa ini berasal dari abad ke-4 atau ke-5.

Di bagian atas stupa adalah bangunan batu berukir tempat menyimpan barang peninggalan Buddha.

Situs ini dibagi menjadi tiga tingkatan yang diartikan untuk raja, istana dan rakyat jelata atau mungkin menggambarkan tingkat encapaian budi manusia.

Bangunan itu juga dikelilingi parit sepanjang delapan meter.

Baca Juga:Bukan Korut atau Israel, Inilah Negara Paling Berbahaya di Dunia

Yakni sebuah jalan mengarah ke bagian bawah parit, di mana para biksu Buddha sekali searah jarum jam mengelilingi stupa.

Diukir di dalam dinding luar parit adalah biara Buddha dengan lima gua individu dan beberapa sel monastik untuk meditasi.

Lubang-lubang kecil di atap memungkinkan sedikit sinar matahari masuk ke gua.

Baca Juga:Rahasia Kecantikan 'Abadi' Naoko Nemoto, Istri Tercantik Bung Karno yang Kini Sudah Berusia 78 Tahun

Hal ini untuk menciptakan suasana senyap yang damai.

Biara gua tidak memiliki elemen dekoratif, tetapi sangat mengesankan karena prestasi tekniknya.

Para sejarawan telah mengajukan dua kemungkinan alasan mengapa stupa dibangun terukir di tanah dan bukan dibangun di atas tanah.

Salah satu penjelasannya adalah bahwa stupa dibangun demikian sebagai teknik kamuflase untuk melindungi biara dari penjajah.

Baca Juga:Meski Tanpa Bius, Peradaban Inca Lebih Jago Melubangi Tengkorak daripada Dokter Perang Sipil Sekalipun

Sedangkan penjelasan lain menyatakan bahwa itu sengaja dibuat agar terhindar dari iklim ekstrem yang berlebihan di Afghanistan.

Nama stupa Takht-e Rostam sendiri mengacu pada tokoh legendaris dalam budaya Persia.

Konon ketika Rostam berusia 14 tahun, dia membunuh seekor naga yang dikenal sebagai Babr-e Bayan di India.

Naga itu hidup di laut, tetapi dia keluar dari laut satu hari setiap minggu dan banyak kisah-kisah serupa dalam puisi epik Persia.

Baca Juga:Bukan Korut atau Israel, Inilah Negara Paling Berbahaya di Dunia

Setelah islamisasi di Afghanistan melupakan tujuan asli pembangunan stupa.

Situs stupa ini kemudian dikenal sebagai tempat di mana Rostam diduga menikahi Tahmina, pengantinnya.

Sekarang sisa-sisa reruntuhan ini dapat Anda lihat terletak di atas bukit, yakni berjarak 3 km ke arah barat daya dari kota Samangan.

Baca Juga:Setahun Meninggalnya Julia Perez: Mengingat Kebaikan-kebaikannya, dari Berbagi dengan Anak Yatim hingga Jual Mobil Mewah untuk Amal

Artikel Terkait