Intisari-Online.com - Ulat itu tampak kecil dan sudah mati. Kepalanya tumbuh tangkai akibat jamur. Terlihat menjijikkan bagi kebanyakan orang. Namun, harga ulat ini Rp271,4 juta per kilogram atau 20.000 dolar AS.
Sebuah warung yang berada di depan toko makanan, wilayah China selatan, ulat-ulat itu dijual. Panjangnya sekitar 1 inci. Ulat-ulat itu yang menjadi favorit masyarkat China selatan atau daerah lain.
(Baca juga:Mau Tahu Berat atau Tidaknya Nama Anda? Yuk Cari Tahu dengan Perhitungan Nama Ala Jawa)
Ulat-ulat itu hanya tumbuh di daerah dingin di Tibet atau pegunungan Himalaya.
Tangkai yang muncul di kepalanya sebenarnya jamur yang dalam bahasa Latin disebut Ophiocordyceps sinensis. Jamur itu menjadi parasit di ulat dan membunuh ulat tersebut, kemudian muncul di kepalanya.
Ulat dan jamur itu sangat menarik sebagai kajian medis maupun alam.
Pengobatan China sudah sejak lama meyakini, ulat berjamur dan mati itu merupakan obat mujarab yang bisa menyembuhkan banyak penyakit, dari asma sampai kanker.
Ulat itu biasanya mewabah pada musim semi. Maka, pada saat itu, di Tibet atau di punggung-punggung dan lereng pegunungan Himalaya akan terlihat beberapa orang yang merengkak. Mereka sedang mencari ulat-ulat tersebut.
Jurnalis National Geographic, Michael Finkel, pernah mengkuti suami-istri yang sedang mencari ulat. Mereka menjual seharga 90 dolar AS (sekitar Rp1,2 juta) untuk 30 ulat. Di kota, ulat berkualitas bagus bahkan bisa laku 50 ribu dolar AS (sekitar Rp678,5 juta).
Dua ulat bahkan bisa terjual 10 dolar AS (sekitar Rp135 ribu) hingga 15 dolar AS (sekitar Rp203,5 ribu). Ulat-ulat itu merupakan dagangan andalan di banyak toko makanan.
Biasanya, ulat itu dijual bersamaan dengan ketimun emas laut. Pasangan ulat dan ketimun ini akan menambah harga yang sangat mahal.
Saking berharganya, ulat itu sering menjadi sumber pertikaian. Pada 2010, dua orang Nepal meninggal dunia setelah terjadi percekcokan dan perkelahian soal ulat berjamur tersebut.
(Baca juga:ISIS Menduduki Kota Marawi, Filipina: Beginilah Sejarah Terbentuknya ISIS)
Terancam punah
Yang istimewa sebenarnya bukanlah ulatnya saja, tapi juga jamur yang membunuhnya dan keluar di kepalanya seperti tangkai. Ulat dan jamurnya itu kini dalam status langka dan terancam punah.
Kini, penduduk China selatan semakin sulit mendapatkan ulat tersebut, meski di musim semi. Fotografer Getty Images, Kevin Frayer yang mencermati aktivitas itu membenarkannya.
Menurutnya, di suatu tempat, biasanya orang bisa mendapatkan ratusan ulat dalam sehari. Namun, kini mereka hanya bisa mendapatkan 4 atau 5 ulat saja dalam sehari.
Di China, ada kebiasaan orang kaya untuk memberi paket ulat itu sebagai hadiah kepada orang lain. Namun, kebiasaan itu juga semakin terancam, karena makin langkanya ulat mahal tersebut.