Intisari-Online.com -Data International Diabetes Federation menyebut, sekitar 10 juta orang Indonesia berusia 20-79 tahun didiagnosis diabetes. Itu artinya, 1 dari 11 orang dewasa di Indonesia menyandang diabetes.
Dari angka itu, 90%-95% didiagnosis diabetes tipe 2. Celakanya, hampir setengah dari angka itu, sekitar 46,5%, tidak sadar bahwa mereka terkena diabetes. Tak hanya menyerang orang dewasa, diabetes juga menyerang anak-anak dan remaja—dan yang terakhir inilah yang jarang menyadari datangnya penyakit ini.
Di Asia Tenggara saja, pada 2010 diperkirakan ada sekitar 113 ribu anak di bawah 15 tahun yang menginap diabetes tipe 1 dengan perkiraan ada 18 ribu kasus baru tiap tahunnya.
Baca juga:Hati-hati, Ibu Hamil Bisa Terkena Diabetes Gestasional
Gejala diabetes tipe 1 sejatinya tak berbeda jauh dengan diabetes tipe 2: sering kencing, sering haus, sering merasa lapar, berat badan turun, dll. Gejala ini akan semakin berkembang seiring dengan tidak terkontrolnya kadar gula dalam darah yang sangat tinggi (hiperglikemia) sehingga merusak jaringan dan organ-organ tubuh—sering juga menyebabkan komplikasi.
Persoalannya adalah, diabetes tipe 2 gejalanya berlangsung lambat, sementara diabetes tipe 1 gejalanya cepat. Dan biasanya, gejala diabetes tipe 1 lambat penanganannya. “Penyandang diabetes tipe 1 baru diketahui diagnosisnya ketika sudah koma,” ujar Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo, Sp. PD-KEMD, FACE dalama acara bertajuk “EYES ON DIABETES: Hidup Sehat dengan Diabetes” di Jakarta, Kamis (10/11).
Mohamad Firas, dokter yang juga pasien diabetes tipe 1, melalui sambungan telepon, mengatakan bahwa lambatnya penangan diabetes tipe 1 pada anak disebabkan banyaknya orangtua atau dokter yang belum paham bahwa ada gejala diabetes pada anak-anak. Jika muncul gejala-gejala yang disebut di ata, mereka mengiranya itu gejala penyakit lain, seperti kekurangan darah atau infeksi biasa.
“Kuncinya ada pada orangtua yang sejak awal memang harus tahu bahwa diabetes, khususnya diabetes tipe 1, juga menyerang anak-anak. Mereka juga harus tahu gejala-gejalanya yang berlangsung cukup cepat,” tegas lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti ini.
Selain itu, orangtua juga harus mengetahui sebab-sebab terjadinya diabetes tipe 1. Jika diabetes tipe 2 sebabanya dalah lebih pada gaya hidup, kegemukan, dan faktor keturunan, maka diabetes tipe 1 penyebabnya adalah autoimun. Makanya beberapa orang kerap menyebut penyakit ini sebagai autoimun diabetes.
Meski demikian, menjadi diabetesi sejak kecil tak harus menjadikan kita sebagai pesakitan. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk berakrab-akrab dengan salah satu penyakit yang paling banyak membunuh orang itu.
Sudah 20 tahun diabetesi
Firas sudah 23 tahun menderita diabetes tipe 1, terhitung sejak ia masih berusia 14 tahun. Seperti halnya penyandang diabetes anak-anak lainnya, ia sempat down mengetahui dirinya didiagnosis diabetes tipe 1. Tapi berkat dukungan keluarga dan teman-temannya, tak kurang dari dua minggu, kepercayaan dirinya sudah kembali lagi.
Terlepas dari itu, Firas adalah pribadi yang cuek. Ia tak segan ketika ke mana-mana harus membawa alat sulit insulin sehingga jika sewaktu-waktu kadar insulinnya jatuh, maka ia bisa langsung menyuntikkannya waktu itu juga. Hari-hari Firas pun berjalan sebagaimana mestinya. Bersenang-senang, bersosialisasi, dan mengejar mimpi.
“Seperti orang kecanduan narkoba,” kelakarnya.
Dalam acara EYES ON DIABETES, Firas mengakui bagaimana ia mengalami segala gejala diabetes tipe 1; mulai dari gampang mengantuk, mudah haus, mudah lapar, kulitnya gatal-gatal, pandangan mulai kabur, luka sulit sembuh, dan berat badannya turun secara dramatis. Ia bahkan sempat mengalami turun badan hingga 10 kg dalam waktu yang sangat cepat. Dan ketika diperiksa oleh dokter, gula darahnya ternyata sudah berada di angka 850 mg/dL.
Saat itulah ia merasakan vonis diabetes tipe 1.
Tak mau hanyut dalam trauma, lulusan SMA Al-Azhar Jakarta ini terus memperdalam pengetahuan tentang penyakitnya ini. Tak tanggung-tanggung, ia bahkan memutuskan mengambil kuliah kedokteran untuk lebih tahu apa sebenarnya penyakit ini.
Selain itu, laki-laki hobi basket ini juga terlibat dalam Young Diabetic Forum. Sebuah forum yang mewadahi anak-anak muda yang terkena diabetes—terutama diabetes tipe 1. Dalam forum ini Firas bersama teman-temannya yang lain getol mengampanyekan deteksi dini dan pengelolaan diabetes kepada generasi muda.
Forum ini jugakerap dijadikan ajang bertukar cerita dan informasi, berbagi pengalaman dan cara penangangan, hingga upaya saling menguatkan. Anggotanya, menurut Firas, sudah tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Ada yang dari Aceh, ada yang dari Palembang, ada yang dari Surabaya, dan kota-kota besar di Pulau Jawa lainnya. Kita bisa mengakses kegiatan mereka FacebookYoung Leaders 2013-PERSADIA.
Selain menjalani semua anjuran medis terkait penanganan diabetes, setidaknya ada dua hal yang selalu dilakukan Firas agar tetap sehat meski punya diabetes. Pertama patuh terhadap pasangan. “Ini penting, kita sering lupa dan malas-malasan suntik insulin, dan biasanya pasangan yang mengingatkan. Jika kita patuh terhadap mereka, kita aman,” ujar Firas, terkekeh.
Kedua adalah mengambil porsi yang sama ketika makan besar, karena ini ada hubungannya dengan kebutuhan insulin yang mesti disuntikkan. Menyamakan porsi makan setiap hari akan memudahkan kita ketika hendak melakukan suntik insulin.
“Saya porsi makannya segini, ya kebutuhan insulinnya juga segini,” tambah laki-laki berkulit kuning langsat ini.
Lebih dari itu semua, Firas hannya ingin bilang: saya diabetesi dan baik-baik saja dan bahwa pasien diabetes seperti dirinya juga berhak untuk menjalani kehidupan yang menyenangkan dan membahagiakan. Caranya bagaimana? Kuncinya ada pada orang-orang sekitar.