Pameran DIALOGUE, Perbedaan yang Menyublim Harmoni

Hery Prasetyo

Editor

Para perupa dalam pameran lukis DIALOGUE, Klowor Waldiono, Dyah Angraini, Mola, dan Pini Fe.
Para perupa dalam pameran lukis DIALOGUE, Klowor Waldiono, Dyah Angraini, Mola, dan Pini Fe.

Intisari-Online.com - Harmoni tidak harus selalu seragam. Sebaliknya, perbedaan dan keragaman bisa menyublim menjadi harmoni indah nan kokoh, karena saling menyokong dalam perbedaan.

Kesan itu yang terpancar pada pameran lukis 4 seniman di Lawangwangi Creative Space, Jl Dago Giri, Bandung, 18-27 November 2016. Mereka adalah Klowor Waldiyono, Dyah Anggraini (Yogyakarta), Mola, dan Pini Fe.

Sebagian karya dalam pameran lukis DIALOGUE.
Empat seniman dari daerah berbeda, gender berbeda, latar belakang berbeda, gaya berbeda, memberi tajuk DIALOGUE dalam pameran. Secara geografis, Klowor dan Dyah berasal dari Yogyakarta yang memiliki kekhasan ekosistem dan proses kreatif seninya sendiri. Sedangkan Mola dari Bandung yang juga punya kekhasan atmosfir seni tersendiri.

Pini Fe berasal dari Jambi yang secara umum kotanya kurang menonjol dalam aktivitas seni. Namun, justru itu menariknya. Tentu ada pergulatan dan pemberontakan tersendiri dalam seni seorang Pini.

Salah satu karya dalam pameran lukis DIALOGUE.
Secara gaya juga sangat berbeda-beda. Klowor lebih bergaya surealis dekoratif dan kadang naif. Mola bergaya ekspresionisme. Pini Fe bergaya abstrak dan Dyah bergaya realis dan melempar simbol-simbol.

"Bisa jadi, kesadaran pada perbedaan tersebut menjadi bagian paling menarik dalam pameran ini," ulas Asmujo Jono Irianto, penulis pameran ini.

Pameran ini kemudian memang menjadi dialog seni dari daerah berbeda, gaya berbeda, dan latar belakang berbeda. Dialog empat perupa ini seolah menjadi begitu dinamis dan dikomunikasikan pula kepada publi,

Beberapa karya di pameran lukis DIALOGUE.
Tentu, apresiasi dan kesan akan berbeda dari setiap individu. Namun, secara keseluruhan pameran ini memamerkan harmoni visual. Perbedaan justru menjadi energi yang saling memperkuat untuk terciptanya harmoni hakiki.

Pameran ini juga memberi pesan kepada masyarakat yang akhir-akhir ini mudah terpecah hanya karena sedikit perbedaan. Bahwa kedewasaan dan kualitas dialog sebenarnya justru terletak pada adanya perbedaan yang dibungkus dengan sifat saling pengertian dan menghormati, agar tercipta sebuah harmoni tanpa memaksakan kehendak sendiri.